Bisnis.com, JAKARTA – Lenzing Group mempertimbangkan Indonesia dan Thailand sebagai lokasi pembangunan pabrik serat sintetis terbaru mereka.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan Lenzing Group sedang mempertimbangkan potensi pembangunan pabrik serat sintetis berkapasitas 300.000 ton.
Dia memaparkan masih ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan Lenzing Group sebelum memastikan rencana ekspansi mereka di Tanah Air.
Pertama, perusahaan asal Austria tersebut masih mengkaji besaran insentif yang bisa didapatkan dari pemerintah Indonesia dibandingkan dengan pemerintah Thailand. Kedua, kesinambungan ketersediaan bahan baku dan ketiga, perbedaan biaya energi.
“Mereka bertanya apa bisa diberikan insentif karena Thailand sudah menawarkan kepada mereka beberapa insentif. Soal energi ini kita jika dibandingkan dengan Thailand masih lebih tinggi,” kata Menperin.
Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka, Kementerian Perindustrian, Achmad Sigit Dwiwahjono, memaparkan Lenzing belum bisa memastikan rencana investasi mereka karena masih mempertimbangkan beberapa lokasi di Indonesia dan negara lain. Keputusan pasti soal rencana ekspansi baru diambil dalam tiga bulan ke depan.
Dia mengatakan pemerintah siap memberikan insentif pajak jika Lenzing memutuskan Indonesia sebagai lokasi produksi. Insentif tersebut diberikan karena nilai investasi yang besar dan produk baru yang dihasilkan.
Produk baru tersebut adalah tencel, serat rayon yang bisa digunakan sebagai bahan baku benang pintal dan non-rajut yang produksinya masih sangat terbatas secara global.
“Apa yang akan mereka produksi, kita belum bisa produksi itu. Ini teknologi baru, jadi pasti sangat bagus. Selama ini kita masih impor,” kata Sigit.