Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Thomas Lembong mengatakan, nilai investasi Australia di Indonesia dalam waktu dekat adalah kurang lebih Rp30 triliun hingga Rp40 triliun.
Jumlah tersebut merupakan prediksi BKPM untuk tiga sampai lima tahun mendatang.
“Saya kira untuk sementara ini, 3 sampai 5 tahun kedepan perkiraan saya itu antara Rp30 sampai 40 triliriun. Jadi US$3 miliar itu setara dengan Rp39 triliun, itu kalau saya totalkan semua proyek yang kita garap ya kira-kira segitu,” ujarnya pasca-mengisi acara Indonesia-Australia Business Week 2017 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Selasa (7/3/2017).
Menurut Thomas, saat ini dua per tiga dari proyek antara Indonesia dan Australia adalah di sektor pertambangan. Sedangkan sisanya berada di sektor pariwisata dan lifestyle.
Memang, jika dilihat dari segi kuantitas, Australia berada di posisi atas sebagai negara investor di sektor pertambangan.
“Australia itu kan unggul sekali di pertambangan, memang beberapa perusahaan terbesar di dunia ya milik Australia kan. Jadi kalau dari sisi kuantitas itu di sektor pertambangan.
Sedangkan, dari sisi kualitas, BKPM menyatakan Pemerintah Indonesia sangat tertarik dengan investasi Australia di sektor pariwisata.
Australia diakui unggul dalam hal managementdan desain sektor pariwisata. Sejauh ini, katanya, sudah ada komitmen antara Indonesia dan Australia terkait investasi di sektor pariwisata.
“Ada beberapa, dua contoh yaitu di wisata bahari, kita punya banyak destinasi kepulauan, eco-tourism, scuba diving dan sebagainya, tapi kita praktis gak punya industri wisata bahari, perkapalannya, kapal pesiar, sementara Australia sangat unggul di situ,” terangnya.
Oleh sebab itu, dirinya optimis kedepan realisasi kerjasama antara Indonesia dan Australia akan sesuai target.
“Hubungan Indonesia dan Australia sangat cair, itu yang bikin saya optimis bahwa kerjasama antar dua negara itu akan sangat membuahkan hasil, sangat konkret,” tukas Thomas.