Bisnis.com, SEMARANG—PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Emas Semarang menyiapkan anggaran Rp150 miliar untuk reklamasi lahan seluas 22 hektare guna mendukung infrastruktur pelabuhan setempat.
Reklamasi merupakan proyek pengembangan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang pada tahap I dengan target selesai 2018.
General Manager Pelindo III Cabang Tanjung Emas Semarang Agus Hermawan mengatakan progres reklamasi seluas 22 ha saat ini tinggal rekomendasi dari Kementerian Perhubungan. Bahkan, pihak Pelindo III sudah mengurus izin reklamasi ke Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) dan menunggu hasil analisis dampak lingkungan (amdal) dari Kementerian Lingkungan Hidup.
“Kami anggarkan [reklamasi] senilai Rp150 miliar, itu belum termasuk dermaga. Lahan reklamasi untuk kegiatan curah cair maupun kering,” papar Agus, Selasa (21/2).
Menurutnya, setelah reklamasi selesai akan dilanjutkan pengembangan fasilitas pendukung di atas lahan tersebut. Di samping itu, Pelindo III untuk tahap II akan mengembangkan lahan seluas 82 ha di sebelah lahan yang akan direklamasi. Namun, Agus belum berani menyebutkan deadline proyek tahap II.
Proyek pengembangan pelabuhan yang terbagi dalam dua tahap sesuai dengan Rencana Induk Pelabuhan (RIP) yang ditetapkan pada 2012.
“Memang, pengembangan Tanjung Emas ke arah kali baru barat. Tentu sesuai dengan RIP,” jelasnya.
Dengan pengembangan proyek pelabuhan, Agus berharap para pengusaha ekspor dan impor bisa melakukan pengiriman barang ke Pelabuhan Tanjung Emas Semarang seiring dengan perbaikan infrastruktur. Apalagi, saat ini Jawa Tengah sangat ‘seksi’ diincar para investor untuk membangun perusahaan baik di Salatiga, Kendal dan Kabupaten Batang.
“Daerah-daerah yang saat ini diincar oleh para investor sangat berdekatan dengan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Makanya tidak ada alasan lagi mengirim barang via Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya maupun Tanjung Priok Jakarta,” jelasnya.
Dukungan dari para stakeholder, katanya, akan memacu kinerja perusahaan untuk memberikan pelayanan terbaik. Tidak hanya itu, tahun ini Pelindo III Cabang Tanjung Emas mematok target laba diangka Rp42 miliar. Perolehan laba perusahaan BUMN itu pada 2016 diangka Rp41 miliar dengan tambahan revaluasi aset diangka Rp57,5 miliar. Maka, total laba yang diperoleh pada 2016 tercatat diangka Rp98,5.
Ketua Gabungan Importir Seluruh Indonesia (GINSI) Jawa Tengah Budiatmoko menjelaskan kondisi Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dinilai lebih bagus dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Terkait dengan pembangunan infrastruktur di area pelabuhan, Budiatmoko mengatakan reklamasi itu disambut baik oleh pelaku usaha importir. Namun demikian, keinginan pengusaha adanya perbaikan infrastruktur bisa menekan biaya logistik hingga 5%-10% dari kondisi biaya logistik sekarang diangka 24%.
“Apapun rencana Pelindo III untuk perbaikan infrastruktur, paling tidak bisa mengurangi biaya logistik,” paparnya.
Menurutnya, sejauh ini 90% barang yang diimpor ke Jawa Tengah merupakan bahan baku industri, sedangkan sisanya adalah barang konsumsi atau barang jadi yang belum banyak tersedia di dalam negeri.
Salah satu contohnya dari sektor pertanian adalah komoditas kedelai. Kebutuhan kedelai khusus Jateng dalam satu tahunnya mencapai 600 ribu ton, padahal petani lokal baru bisa memproduksi sebanyak 130.000/tahun," katanya.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jateng Heru Sudjatmoko menekankan pelayanan dan infrastruktur di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang harus lebih baik untuk mengejar ketertinggalan dengan provinsi lainnya.
Dia menjelaskan berbagai upaya harus dilakukan semua pihak baik pemerintah maupun stakeholder agar dunia usaha di Jateng semakin tumbuh dan ekspor meningkat. Antara lain melalui pelayanan yang lebih terutama di lingkup beacukai dan peti kemas, mempermudah perizinan, bebas pungli, lebih cepat dan transparan.
Menurutnya, ekspor Indonesia terutama Jawa Tengah harus di atas impor sehingga neraca perdagangannya surplus dan terus tumbuh. Kondisi tersebut adalah indikasi pertumbuhan industri yang akan berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja dan daya beli masyarakat.
“Kami ingin pasar lokal dalam negeri menjadi kuat. Dan kalau pasar lokal kuat maka ekspor juga meningkat,” terangnya.
Badan Pusat Statistik mencatat nilai ekspor Jawa Tengah pada Januari 2017 sebesar 9,25% atau melambat dibandingkan nilai ekspor pada Desember 2016.
Berdasarkan data, nilai ekspor Januari 2017 sebesar US$475,16 juta, sedangkan bulan Desember 2016 mencapai US$523,58 juta.
Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah Sri Herawati menjelaskan jika dibandingkan Januari 2016 ekspor Jawa Tengah mengalami kenaikan sebesar 13,05% atau setara dengan US$54,84 juta.
"Pada awal tahun nilai ekspor cenderung turun. Itu siklus tahunan," katanya.
Kenaikan nilai ekspor tersebut tidak lepas dari adanya peningkatan permintaan dari negara-negara lain untuk memenuhi kebutuhan libur akhir tahun.
Sementara itu, meski di awal tahun ini nilai ekspor turun, sejauh ini negara pangsa pasar utama ekspor Jateng masih sama dengan bulan-bulan sebelumnya yaitu Amerika Serikat, Jepang, dan Tiongkok. Untuk nilai ekspor ke Amerika Serikat mencapai angka US$123,38 juta, disusul ekspor ke Jepang senilai US$57,66 juta, dan ke Tiongkok sebesar US$47,71 juta.