Bisnis.com, JAKARTA — Industri manufaktur meningkatkan impor bahan baku pada awal tahun sebagai antisipasi kenaikan produksi sepanjang 2017.
Data BPS menunjukkan nilai impor bahan baku naik 20,92% dari US$7,5 miliar pada Januari 2016 menjadi US$9,06 miliar pada Januari 2017.
Beberapa bahan baku yang nilai impornya meningkat pada periode tersebut adalah bahan kimia organik sebesar yang naik 21,24%, mesin/peralatan listrik yang naik 22,77%, dan kapas yang naik 29,44%.
Sekjen Asosiasi Industri Aromatik, Olefin, dan Plastik (Inaplas) Fajar Budiyono mengatakan bahan kimia organik yang permintaannya naik pada awal 2017 adalah etilena.
Ekspansi kapasitas produksi polietilena PT Chandra Asri Tbk dan rencana PT Lotte Chemical Titan Tbk berproduksi di kapasitas optimal membuat impor atas bahan baku plastik tersebut meningkat.
Fajar memperkirakan kebutuhan produksi dua perusahaan yang berbasis di Cilegon tersebut membuat permintaan yang tinggi akan bertahan sepanjang 2017.
Ketua Asosiasi Pabrik Kabel Indonesia (Apkabel) Noval Jamalullail mengatakan impor mesin dan peralatan listrik dipicu oleh persiapan 5—6 perusahaan untuk memasok kebutuhan proyek-proyek transmisi dan pembangkit.
“Banyak yang ekspansi. Mereka mulai pasang mesin dan perlatan untuk proyek 35.000 MW. Saya kira akan berlangsung dalam beberapa bulan ke depan,” kata Noval kepada Bisnis, Kamis (16/2/2017).
Di sisi lain, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat, mengatakan kenaikan 29,44% year on year pada nilai impor kapas didorong oleh kenaikan harga kapas di pasar komoditas global.
Dia mengungkapkan harga kapas pada awal 2017 naik 15% dibandingkan harga rata-rata pada 2016. Kenaikan harga tersebut, jelas Ade, yang membuat nilai impor kapas naik ketika volume impor cenderung stagnan.