Bisnis.com, JAKARTA – Harga yang stabil membuat konsumsi tepung terigu tumbuh pesat pada 2016.
Direktur Eksekutif Aptindo Ratna Sari Loppies mengatakan permintaan tepung terigu tumbuh 7,85% pada 2016. Pertumbuhan yang tinggi tersebut didorong oleh pertumbuhan industri makanan berbasis terigu yang pesat di Indonesia.
Dia memperkirakan industri berbasis terigu berkembang karena harga terigu relatif lebih murah dibandingkan bahan pangan sumber karbohidrat yang lain.
“Kenaikan permintaan karena harga terigu, sebagai sumber karbohidrat, adalah yang termurah saat ini,” kata Ratna kepada bisnis, Minggu (22/1/2017).
Dia menjelaskan harga terigu di Indonesia bisa stabil karena kelancaran pasokan gandum dari negara penghasil. Produsen nasional juga menerapkan strategi hedging yang cerdas untuk mengurangi dampak gejolak harga di pasar komoditas global terhadap harga terigu di Indonesia.
Harga tepung terigu yang stabil di Indonesia menjadikan Indonesia primadona bagi investor di sektor industri makanan berbasis terigu.
Ratna mengatakan pertumbuhan ekspor produk berbasis terigu menunjukkan para investor memilih mendirikan pabrik di Indonesia bukan hanya demi mengincar pasar di Tanah Air, namun bertujuan menjadikan Indonesia basis produksi regional.
Data Aptindo menyatakan nilai ekspor tepung terigu, produk berbahan baku tepung terigu, dan produk sampingan tepung terigu telah mencapai US$736,38 juta pada 2015. Nilai berbasis tepung terigu adalah yang paling besar yaitu sekitar US$608,12 juta.
Adapun produk bernilai ekspor terbesar adalah produk wafer, mi instan, dan biskuit. Nilai ekspor produk wafer pada 2015 mencapai US$178,45 miliar, mi instan senilai US$167,15 juta, sedangkan biskuit melebihi US$153,35 juta.