Bisnis.com, JAKARTA - PT Pelayaran Nasional Indonesia menargetkan laba bersih Rp305 miliar pada 2017, atau naik 52,72% dari realisasi laba yang belum diaudit sebesar Rp199,7 miliar pada tahun lalu.
Elfien Goentoro, Direktur Utama PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni), mengatakan perusahaan optimistis target laba 2017 dapat dicapai dengan optimalisasi operasional kapal perintis, kapal tol laut dan kapal ternak yang merupakan penugasan pemerintah.
Menurutnya, penugasan kapal perintis sebanyak 46 unit kapal baru dapat dijalankan optimal pada akhir triwulan 2016.
"Tahun lalu, tidak semua kapal bisa langsung beroperasi karena memang kami masih mengaudit kondisi kapal semua dan ternyata tidak semua kapal bisa operasi semua," ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (4/1/2016).
Alhasil, operasional kapal perintis tidak penuh selama satu tahun.
Begitu pula, operasional kapal Tol Laut yang baru beroperasi di bulan Mei. Operasional yang sedikit molor ini disebabkan oleh pencairan dana Penanaman Modal Negara (PMN) untuk pengadaan kapal yang telat. "Sehingga kami akhirnya memutuskan sewa kapal dahulu," katanya.
Oleh sebab itu, total pendapatan perusahaan termasuk belum maksimal pada tahun lalu.
Untuk tahun ini, dia menegaskan perusahaan telah memulai penugasan kapal perintis, tol laut dan ternak per Januari.
Selain itu, muatan tol laut telah menunjukan pertumbuhan positif. "Load factor-nya semakin penuh ke arah timur, kecuali Natuna," ujarnya.
Adapun Natuna, Elfien mengakui muatan ke daerah tersebut tidak dapat penuh karena kapasitas kapal jauh lebih besar daripada kebutuhan warga di sana.
Dia menegaskan Pelni harus mengerahkan kapal besar ke Natuna karena tingginya gelombang di perairan sekitar wilayah tersebut.
Selain itu, Pelni tidak dapat membawa stok barang yang banyak ke Natuna karena kepulauan tersebut tidak memiliki gudang penyimpanan yang layak.
Strategi lain, dia mengatakan perseroan akan terus melakukan efisiensi bahan bakar dan menjaga efektifitas operasional.
Tahun lalu, Pelni berhasil melakukan efisiensi kuota bahan bakar mencapai 10% dari realisasi.
"Kami sudah punya standar loss yang dipersyaratkan BPH Migas dan kita masih menganalisa dengan memasang alat vessel web analyzer supaya kita lebih tepat lagi untuk jumlah pemakaian bahan bakar. Ini terus kita lakukan," tegasnya.
Terkait dengan bisnis wisata bahari, Pelni berencana mengembangkan bisnis kapal pesiar dengan melakukan sinergi antar BUMN.
Adapun BUMN yang akan diajak bersinergi a.l. PT Hotel Indonesia Natour dan PT Patra Jasa, anak usaha Pertamina.
Harry Boediarto, Direktur Komersial Pelni, mengatakan ide sinergi tersebut datang dari Menteri BUMN dalam rangka pengembangan wisata bahari.
"Mengembangkan wisata bahari, tunggu bangun hotel di darat kelamaan. Kita kapal saja, kapalnya fungsinya sebagai hotel juga," tuturnya.
Selain itu, kapal pesiar ini dapat dioperasikan untuk menunjang 10 destinasi wisata yang ditetapkan pemerintah. Targetnya, kata Harry, perusahaan akan memulai pengadaan kapal persiar (cruise) pada tahun ini.
Pelni memperkirakan kebutuhan kapasitas kapal pesiar yang diinginkan berkisar 300-400 penumpang (pax). Namun, dia belum dapat mengungkapkan kebutuhan dananya.