Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

2016, Inflasi Padang dan Bukittinggi 5,02% dan 3,93%

Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Barat merilis inflasi di dua kota yang menjadi barometer perekonomian daerah itu sepanjang 2016 cenderung stabil, terutama di bulan Desember.
Cabai./.
Cabai./.

Bisnis.com, PADANG— Badan Pusat Statistik Sumatra Barat merilis inflasi di dua kota yang menjadi barometer perekonomian daerah itu sepanjang 2016 cenderung stabil, terutama di bulan Desember.

Kepala BPS Sumbar Dody Herlando menyebutkan sepanjang tahun lalu, dua kota yakni Padang dan Bukittinggi mengalami inflasi masing-masing 5,02% dan 3,93%.

“Pada bulan Desember inflasi Kota Padang hanya 0,07% dan Bukittinggi justru deflasi 0,57%,” ujarnya, Selasa (3/1/2017).

Menurutnya, terkendalinya harga komoditas pokok di periode tutup tahun, dan berhasilnya upaya menurunkan harga cabai merah serta komoditas pangan lainnya, membuat inflasi daerah itu cukup terkendali.

Adapun, cabai merah yang beberapa bulan sebelumnya mengalami inflasi sangat tinggi, kini justru terdeflasi sebesar 8,79% di Padang dan 21,22% di Bukittinggi. Begitu juga dengan harga bawang merah mengalami deflasi masing-masing 3,45% dan 5,54%.

Per Desember 2016, inflasi daerah itu disebabkan naiknya harga pada sejumlah komoditi yakni angkutan udara, pasir, mobil, beras, rokok kretek, batu bata, bensin, dan cabai rawit di Kota Padang.

Sedangkan di Bukittinggi, sejumlah komoditas yang mengalami inflasi antara lain beras, sewa rumah, daging ayam ras, buncis, telur ayam ras, ikan nila, dan ketupat sayur.

Secara umum, inflasi Kota Padang disebabkan adanya peningkatan harga pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,41%, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,90%, kesehatan 0,81%, transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 1,53%.

Sedangkan tiga kelompok lainnya mengalami deflasi yakni bahan makanan 1,47%, sandang 0,74%, dan pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,16%.

Di Bukittinggi, inflasi disebabkan meningkatnya harga pada kelompok bahan makanan 2,69%, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,04%, sandang 0,86%, dan pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,04%.

Tiga kelompok lainnya deflasi yakni kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar 0,81%, kesehatan 0,03%, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,42%.

Sebelumnya, Bank Indonesia memperkirakan inflasi Sumatra Barat 2016 berada di kisaran 5% plus minus 1%. Sedangkan proyeksi untuk tahun ini lebih rendah atau sebesar 4% plus minus 1%.

“Perkiraan kami, tahun 2017 inflasi Sumbar akan lebih stabil di kisaran 4% plus minus 1%,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar Puji Atmoko.

Menurutnya, keberadaan tim pengendalian inflasi daerah (TPID) yang sudah ada di seluruh kabupaten/kota di daerah itu akan membantu mengoptimalkan pengelolaan inflasi Sumbar menjadi lebih stabil.  

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Heri Faisal

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper