Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah berambisi memproduksi ikan hias 2,1 miliar ekor tahun depan untuk memenuhi permintaan pasar domestik maupun ekspor yang terus meningkat. Target itu naik 61% dari produksi 2015.
Meskipun meningkat rata-rata 9% per tahun, produksi ikan hias tahun lalu masih 1,3 miliar ekor. Sekalipun begitu, Indonesia merupakan eksportir terbesar kelima ikan hias dunia, setelah Singapura, Spanyol, Jepang ,dan Republik Ceko. Nilai pengapalan ikan hias Indonesia pada 2014 mencapai US$20,9 juta.
“Ikan hias khususnya ikan hias laut Indonesia cukup banyak diminati oleh pemilik hobi (ikan hias) lokal maupun internasional," kata Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto dalam siaran pers, Senin (19/12/2016).
Untuk mendukung ketersediaan ikan hias air laut, KKP telah menugaskan unit pelaksana teknis (UPT) di lingkup Ditjen Perikanan Budidaya untuk melakukan produksi dan perekayasaan teknologi budidaya ikan hias laut sebagaimana dilakukan oleh Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung, Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon, BPBL Lombok, dan BPBL Batam.
“Ikan hias air laut seperti telah berhasil dikembangkan dan dikuasai teknologinya. Saat ini
Bahkan, BPBL Ambon telah menghasilkan teknologi budidaya ikan hias laut yang murah dan sederhana sehingga bisa dikerjakan di belakang rumah oleh ibu rumah tangga. Ikan itu mencakup clown fish, mandarin fish, banggai cardinal fish, dan blue devil. BPBL Ambon juga tengah melakukan domestikasi untuk ikan hias letter six atau dori dan angel piyama.
Usaha pembesaran atau pendederan clown fish dengan teknologi resirkulasi terapan misalnya, hanya membutuhkan modal sekitar Rp3,5 juta dan dapat dipanen setelah empat bulan dengan nilai penjualan Rp10 juta.
Berdasarkan sensus ekonomi 2013, usaha budidaya ikan hias menempati urutan pertama sebagai pendapatan tertinggi rumah tangga sektor pertanian dengan nilai Rp50,8 juta per tahun.