Bisnis.com, JAKARTA – Nilai penjualan rumah di China tumbuh dengan laju terlamban sepanjang tahun ini, di saat langkah pembaharuan pembatasan properti pada pasar berdampak buruk terhadap permintaan.
Berdasarkan data Biro Statistik Nasional China (National Bureau of Statistics) yang dirilis pada Selasa (13/12/2016), nilai penjualan rumah baru naik 16% menjadi 910 miliar yuan (US$132 miliar) pada November dibandingkan dengan setahun sebelumnya.
Pertumbuhan nilai penjualan rumah bulan lalu lebih kecil dari pertumbuhan sebesar 38% (y-o-y) pada bulan sebelumnya.
Shanghai, yang memperkenalkan langkah pembatasan pada Maret, bulan lalu menaikkan batas uang muka (down payment) untuk pembelian rumah pertama dari 30% menjadi 70% apabila para pembeli memiliki catatan pinjaman hipotek. Hal ini membebani para pembeli yang ingin membeli rumah berharga lebih mahal.
Sementara itu, Tianjin menaikkan persyaratan uang muka minimum sebesar 5 poin untuk para pembeli pertama, sedangkan wilayah Hangzhou menetapkan lebih banyak jumlah pembeli non-lokal yang tidak memenuhi syarat.
“Para pembuat kebijakan telah mencapai target awal mereka untuk pasar properti yang stabil, kemungkinan langkah pengetatan yang intensif lainnya tidak akan diterapkan dengan segera,” ujar Zhao Yang, Kepala ekonom China dari Nomura Holdings Inc., seperti dikutip Bloomberg.
Meskipun begitu, lanjutnya, mendinginnya pasar properti kemungkinan telah menyebabkan jatuhnya harga rumah serta berpotensi merugikan investasi real estate dalam jumlah yang lebih besar dari perkiraan.