Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BUDI DAYA: Kelapa Sawit Diklaim Masih Unggul daripada Sagu

Pakar ilmu tanah menyatakan potensi tanaman sagu dan jelutung secara ekonomi diklaim belum mampu menandingi kelapa sawit apabila tanaman tersebut sama-sama dibudidayakan di lahan gambut.
Proses pemuatan buah kelapa sawit di perkebunan di Mamuju, Sulawesi Barat/Antara-Sahrul Manda Tikupadang
Proses pemuatan buah kelapa sawit di perkebunan di Mamuju, Sulawesi Barat/Antara-Sahrul Manda Tikupadang

Bisnis.com, JAKARTA - Pakar ilmu tanah menyatakan potensi tanaman sagu dan jelutung secara ekonomi diklaim belum mampu menandingi kelapa sawit apabila tanaman tersebut sama-sama dibudidayakan di lahan gambut.

"Oleh karena itu, tidak tepat jika Badan Restorasi Gambut (BRG) mengarahkan petani untuk menanam sagu dan jelutung di lahan gambut," kata Guru Besar Ilmu Tanah Universitas Sumatera Utara Abdul Rauf, dalam keterangan pers yang diterima, Sabtu (3/12/2016). 

Jelutung maupun sagu, ujarnya, memang cocok ditanam di lahan gambut, tetapi potensi ekonominya tetap jauh di bawah sawit. Jadi kebijakan BRG itu perlu dipertanyakan karena baik jelutung maupun sagu itu secara ekonomi tidak feasible," ujarnya.

Menurut dia, pasar atau permintaan terhadap pati sagu dan getah dari kayu pohon jelutung saat ini masih kecil, sehingga harganya dipastikan akan murah.

"Dari sisi teknologi untuk mengolah pati sagu dan getah kayu jelutung saat ini juga belum siap. Intinya, perlu dana besar untuk mengembangkan kedua komoditas ini sehingga hasilnya bisa feasible," katanya.

Untuk itu, Abdul Rauf menyarankan kepada pemerintah agar fokus saja pada komoditas yang selama ini telah terbukti memberikan kontribusi besar bagi bangsa ini sehingga perlu mempertimbangkan dengan seksama untuk mengembangkan tanaman lain yang belum tentu berhasil.

"Jangan khawatir kalau tanam sawit di lahan gambut, gambutnya akan terbakar. Buktinya ada kebun sawit di lahan gambut tapi tidak terbakar dan produksinya sangat bagus," katanya.

Dia mencontohkan perkebunan sawit di lahan gambut di daerah Pesisir Timur, Sumut, yang mencapai ratusan ribu hektare (ha) telah dikembangkan petani dan korporasi sejak 100 tahun hingga saat ini dan tidak pernah terbakar.

Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) Tungkot Sipayung mengatakan pada dasarnya tanaman apa pun dapat dikembangkan di lahan gambut dengan teknologi ekohidro farming.

Undang-undang No. 12/1992 tentang Sistem Budi Daya Tanaman menyatakan petani bebas memilih tanaman apa pun yang menguntungkan baginya. "Saat ini pilihan petani ya sawit yang menguntungkan menurut petani. BRG dan siapa pun harus menghormati pilihan petani itu," katanya.

Menurut dia, sagu dan jelutung belum ada bukti emperis menguntungkan petani, bahkan tidak ada petani yang mengembangkan kedua tanaman itu. "BRG perlu membuktikan secara emperis bahwa sagu dan jelutung menguntungkan petani. Jika untung petani pasti pilih," katanya.

Menurut Tungkot, saat ini pasar untuk sagu dan jelutung belum ada, berbeda dengan sawit di mana dan kapan saja petani dengan mudah bisa menjual TBS (tandan buah segar).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper