Bisnis.com, JAKARTA - PT Jasa Marga (Persero) Tbk menyiapkan sejumlah langkah preventif dalam upaya pembangunan jalan tol Jakarta—Cikampek Elevated sepanjang 36 kilometer yang mulai dibangun tahun depan.
Pencegahan dan rekayasa lalu lintas sangat diperlukan untuk mencegah kemacetan lebih parah, mengingat lokasi pembangunan jalan tol tersebut juga berdampingan dengan proyek infrastruktur lain seperti Light Rail Transit (LRT) Jabodetabek dan High Speed Train (HST) Jakarta—Bandung.
Direktur Utama PT Jasa Marga Jalanlayang Cikampek Djoko Dwijono menyatakan, perseroan akan melakukan pelebaran jalan Jakarta—Cikampek masing-masing sebesar 5 meter di sisi kanan dan kiri jalan. Setelah pelebaran jalan selesai, kontraktor baru memancang tiang pondasi tol layang tersebut di tengah jalan Jakarta—Cikampek.
“Jadi jalannya diperlebar dulu, baru konstruksi pindah ke tengah. Kalau dimulai pondasi dulu agak sulit, ada sekitar 600 tiang pancang yang harus dibangun. Dari awal sampai akhir kan layang,” ujarnya ketika ditemui usai rapat koordinasi antisipasi kemacetan, Jumat (02/12).
Jasa Marga juga sedang melakukan lelang konsultan perencana. Nantinya konsultan ini yang akan membantu badan usaha dalam melakukan koordinasi dengan pemilik proyek lainnya, serta mengawal proses konstruksi.
Djoko memperkirakan, proses pelebaran itu akan memakan waktu tiga hingga empat bulan, dan dilanjutkan dengan konstruksi fisik selama 21 bulan. Adapun biaya pelebaran jalan itu telah termasuk ke dalam biaya investasi tol Jakarta—Cikampek Elevated sebesar total Rp14 triliun.
“Sebisa mungkin Standar Pelayanan Minimum (SPM) tetap harus kita jaga. Makanya kita pakai konsultan yang bia menggabungkan rencana ketiga proyek supaya tetap memenuhi SPM,” ujarnya.
Selain itu, dia menjelaskan, kontraktor nantinya juga akan menggunakan teknik sosrobahu, karena dinilai lebih hemat dan aman. Sosrobahu adalah teknik konstruksi yang digunakan untuk memutar bahu lengan beton jalan layang. Dengan teknik ini, pembangunan jalan layang tidak akan mengganggu arus lalu lintas jalanna di bawahnya dibandingkan dengan teknik konvensional.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Herry Trisaputra Zuna mengingatkan badan usaha untuk tetap memenuhi SPM kendati konstruksi tol baru tengah dilakukan. Dia pun menyambut positif upaya Jasa Marga yang akan mendahulukan proses pelebaran jalan sebelum konstruksi.
“Tol elevated ini perlu dibangun untuk mengurangi kemacetan, tapi dalam pengerjaannya harus memperhatikan juga supaya gangguannya seminimal mungkin. Lalu lintas di sekitar tetap harus rapi,” ujarnya.
Menurutnya, pelebaran jalan mutlak dilakukan karena pengelola jalan tol tetap harus mempertahankan jumlah lajur di masing-masing ruas, sebagaimana yang tercantum dalam perjanjian. Berkurangnya lajur untuk dipakai konstruksi dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah kendaraan yang dapat melalui jalan tol.
"Ada 3-4 lajur, dipakai untuk pekerjaan pasti akan berkurang, kalau tidak ada pelebaran ini maka akibatnya antreannya bakal semakin panjang," ujarnya.
Namun, dia menilai upaya pelebaran saja tidak cukup. Selama proses konstruksi, dia menekankan pentingnya pemasangan pagar pengaman untuk menghindari potensi kecelakaan akibat material bangunan yang berserakan ke badan jalan.
Di sisi lain, Herry menyatakan tengah mempersiapkan pelelangan ruas tol Jakarta—Cikampek II Selatan. Saat ini pihaknya tengah menunggu surat izin penetapan lokasi dari Gubernur Jawa Barat untuk proyek tersebut. Rencananya, ruas tol yang juga diprakarsai Jasa Marga ini akan mulai dilelang tahun depan.