Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kasus Ahok Belum Tuntas, Pebisnis Klaim Masih Nyaman Jualan Properti

Sejumlah pelaku usaha properti menilai polemik yang terjadi akibat pernyataan kontroversial dari Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang menyinggung sebagian umat muslim Tanah Air tidak terlalu berdampak terhadap iklim investasi properti.
Aktivitas konstruksi properti di Jakarta/Ilustrasi-Reuters-Darren Whiteside
Aktivitas konstruksi properti di Jakarta/Ilustrasi-Reuters-Darren Whiteside

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah pelaku usaha properti menilai polemik yang terjadi akibat pernyataan kontroversial dari Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang menyinggung sebagian umat muslim Tanah Air tidak terlalu berdampak terhadap iklim investasi properti.

CEO Strategic Development and Services Sinar Mas Land Ishak Chandra mengatakan pergerakan industri properti akan seiring sejalan dengan pergerakan pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi erat terkait dengan dinamika politik dalam negeri.

Menurutnya, bila tanpa adanya faktor-faktor negatif dari dinamika politik dalam negeri, bisa dipastikan industri properti akan mulai bergairah tahun depan. Bila menimbang kondisi makro ekonomi Indonesia saat ini, sudah cukup banyak kebijakan dari  pemerintah yang mendukung pertumbuhan industri properti.

“Tantangannya tinggal situasi politik saja, sedangkan yang lainnya sudah sangat kondusif. Politik pasti akan mempengaruhi ekonomi, sehingga kita harapkan mudah-mudahan situasinya membaik,” katanya kepada Bisnis, Jumat (25/11/2016).

Ishak mengatakan sejauh ini situasi politik yang memanas tersebut belum memberi dampak yang signifikan terhadap industri properti. Meski begitu, momen unjuk rasa pada 4 November 2016 lalu sempat sedikit mengganggu pasar.

Dirinya menilai bila situasi dapat terkendali dengan baik, pada kuartal kedua 2017 mendatang pasar properti akan bangkit untuk memulai siklus peningkatannya. Diharapkan pasar properti akan mencapai puncaknya pada 2019 hingga 2020 mendatang.

Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah Pesatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) DKI Jakarta Arvin Iskandar mengutarakan hal yang sama. Menurutnya, tidak ada pengaruh langsung yang cukup kuat terhadap penjualan properti dari dinamika politik pascapernyataan kontroversial Ahok.

Sebaliknya, pasar masih melanjutkan tren peningkatan penjualan seiring sejumlah terobosan yang telah diluncurkan pemerintah, seperti program pengampunan pajak, pemangkasan pajak penghasilan peralihan, pembangunan infratruktur, pemangkasan suku bunga acuan, dan kepastian hukum pemilikan properti bagi orang asing.

Dirinya cukup optimistis situasi perekonomian pada tahun depan akan jauh lebih baik. “Tidak ada pengaruhnya terhadap iklim investasi, semuanya masih normal. Iklim investasi kita bagus kok dengan kebijakan-kebijakan pemerintah,” katanya.

Vice President Coldwell Banker Commercial Dani Indra Bhatara mengatakan situasi politik sejauh ini masih tergolong normal sehingga secara umum kondisi pasar properti secara jangka pendek belum menguatirkan.

Akan tetapi, bila situasi politik yang tidak kondusif terus berlanjut, dampaknya akan terasa untuk jangka panjang seiring persepsi investor yang kian negatif terhadap iklim investasi dalam negeri. Namun, pihaknya cukup yakin dengan pemerintahan saat ini untuk menjaga kestabilan sosial.

“Pengaruhnya mungkin akan ada nantinya, tetapi sekarang ini belum. Namun, kalau lihat trennya yang muncul sedikit-sedikit sepertinya tidak terlalu berpengaruh,” katanya.

Dani menilai, secara umum pasar properti di Jakarta di sisa tahun ini belum banyak menunjukkan pergerakan yang signifikan. Tren perlambatan yang terjadi sejak awal tahun berpotensi sedikit membaik, tetapi belum cukup menggembirakan.

Penjualan di pasar apartemen masih cukup baik di segmen menengah ke bawah, tetapi tetap tergantung pada keunggulan yang ditawarkan, kredibilitas pengembang, lokasi, dan harganya. Selektivitas pembeli sangat menentukan sukses tidaknya penjualan suatu produk di sisa tahun ini.

Di sektor hotel, okupansi diperkirakan akan sedikit tertekan akibat pemangkasan belanja pemerintah, terutama pada hotel-hotel yang mengandalkan pemasukan dari aktivitas meeting, incentive, convention and exhibition (MICE).

“Tingkat hunian hotel berbintang di Jakarta pada kuartal ketiga kemarin di sekitar 65%. Kuartal ini kemungkinan dapat turun 2% hingga 3%,” katanya.

Sementara itu, sektor perkantoran masih melanjutkan tren pelemahan akibat tingginya pasokan dan lemahnya permintaan. Relokasi masih terjadi di kawasan pusat niaga dengan daya tawar yang lebih tinggi dari para penyewa.

Di sisi lain, sektor ritel berpotensi sedikit membaik seiring tren peningkatan belanja masyarakat yang umumnya meningkat di akhir tahun. Diperkirakan sejumlah penyewa akan mulai mengisi ruang-ruang kosong yang tersisa di sejumlah mal-mal yang ada di Jakarta demi menangkap peluang pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper