Penetrasi E-Toll Lambat, Pengguna Jasa Tunggu Terobosan
Bisnis.com, JAKARTA—Sejumlah kalangan mendorong adanya terobosan dalam hal pembayaran elektronik di jalan tol nasional guna meningkatkan penggunaan kartu elektronik untuk transportasi yang dinilai masih lambat.
Berdasarkan catatan PT Jasa Marga (Persero) Tbk, realisasi transaksi elektronik di seluruh ruas tol yang dioperasikan perseroan mencapai 23% hingga kini, meningkat dari 12% tahun lalu. Adapun jumlah Gardu Tol Otomatis (GTO) yang ada sebesar 418 gardu,dari total 1.028 gardu yang ada.
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menilai teknologi pembayaran untuk sistem transportasi khususnya jalan tol di Indonesia masih tertinggal dibandingkan Malaysia. Padahal, dulunya Indonesia dianggap lebih unggul dalam hal pembangunan tol ketimbang negeri jiran.
“Ini ironi, karena dulu Malaysia belajar tol dari Indonesia, tapi kenapa sekarang mereka lebih progresif? Padahal transaksi elektronik ini sudah menjadi kebutuhan,” ujarnya, Senin (21/11).
Dia menyatakan, jalan tol menjadi salah satu infrastruktur transportasi yang paling dimanjakan pemerintah karena adanya kepastian kenaikan tarif setiap dua tahun sekali, yang tercantum dalam undang-undang. Karena itu, upaya percepatan transaksi di gardu tol menjadi salah satu kompensasi pelayanan yang wajib disediakan operator tol kepada pengguna jasa.
Menurutnya, salah satu faktor pemicu lambatnya pertumbuhan transaksi elektronik di jalan tol adalah tempat pengisian ulang kartu, dan belum terintegrasinya layanan perbankan. Dia pun membandingkan dengan kartu elektronik untuk commuter line yang lebih terbuka, karena pengguna jasa tinggal melakukan aktivasi kartu apapun untuk dapat mengakses commuter line.
Peneliti Institute Studi Transportasi (Instran) Achmad Izzul Waro mengatakan di negara maju, transaksi elektronik mampu meningkatkan waktu transaksi. Bila dengan sistem manual, jumlah kendaraan yang dapat melakukan transaksi mencapai 600 unit per jam, maka dengan transaksi elektronik melonjak menjadi 2.000 unit per jam.
“Seharusnya ada kajian mengapa konsumen transaksi elektronik masih 20%, supaya bisa dilakukan inovasi,” ujarnya.
Dia mencontohkan, Korea mendorong transaksi elektronik dengan menerbitkan satu jenis kartu bernama T-Money. Keunggulannya, selain dapat digunakan untuk berbagai jenis moda transportasi, kartu ini juga dapat digunakan sebagai alat pembayaran ritel.
Selain itu, keamanan saldo dalam kartu juga menjadi catatan tersendiri. Dia menilai saldo yang disimpan dalam rekening tersendiri jauh lebih aman dan menguntungkan pemilik kartu bila sewaktu-waktu kartunya hilang atau rusak.
Berdasarkan keterangan Jasa Marga, hingga saat ini, tol dengan tingkat penetrasi transaksi elektronik masih terdapat di wilayah Jabodetabek, antara lain tol dalam kota (JORR) sebesar 31%, tol Tangerang 30%.