Bisnis.com, JAKARTA—PT Hexindo Gemilang Jaya, Tbk sebagai operator Blok Lemang, Jambi Barat akan mengebor lima sumur pengembangan pada 2017 dengan dana US$25 juta. Pengeboran akan dilakukan di Lapangan Akatara yang menghasilkan minyak pertamanya pada 16 November 2016.
Chief Executive Officer (CEO) PT Hexindo Gemilang Jaya David A Soeryadjaya mengatakan produksi pertama minyak dari Lapangan Akatara mencapai 500 barel per hari.
Untuk 2017, pihaknya telah mengajukan program kerja dan anggaran (Work Program and Budget/WP&B) dengan mengebor lima sumur baru agar bisa menghasilkan 2.000 barel per hari (bph) minyak. Biaya mengebor satu sumur dibutuhkan dana US$5 juta dengan volume produksi 500 bph.
Menurutnya, pada Lapangan Akatara masih bisa dilakukan pengeboran hingga sekitar 23 sumur guna mencapai produksi puncak sebesar 10.000 bph. Kendati demikian, dia menyebut akan melakukannya secara bertahap karena perlu mempersiapkan infrastruktur penunjang seperti pipa untuk mengalirkan minyak yang dihasilkan.
Pada kontrak yang ditandatangani pada 18 Januari 2007 itu, Hexindo menguasai saham partisipasi sebesar 31%, Sugih Energy sebesar 34%, dan Mandala Energy sebesar 35%.
“US$5 juta kali lima (sumur). US$5 juta (per sumur), jadi drilling saja (butuh) US$25 juta,” ujarnya usai meresmikan produksi pertama Blok Lemang di Jakarta, Selasa (22/11).
Dalam beberapa tahun ke depan, dia menyebut telah berkomitmen untuk menginvestasikan dana senilai US$60 juta untuk kegiatan eksploitasi atau produksi. Sebelumnya, pihaknya telah mengeluarkan dana US$50 juta untuk menemukan sumber minyak atau eksplorasi di Blok Lemang.
Kendati harga minyak tergolong rendah, biaya produksi minyak saat ini sebesar US$15 per barel. Dengan demikian, pihaknya masih berupaya untuk meningkatkan produksi.
Selain Lapangan Akatara, beberapa lapangan lain seperti Lapangan Selong dan Lapangan Wajik menjadi sasaran berikutnya untuk menambah cadangan dan produksi.
“Jadi dengan harga minyak gini masih terjangkaulah. Makanya kami produksi terus,” ujarnya.
Namun, dia menyebut rencana pengembangan kedua lapangan tersebut baru bisa dilakukan dua tahun ke depan seiring penambahan produksi di Lapangan Akatara.
Saat ini, pihaknya menjual minyak mentah kepada PT Pertamina (Persero) untuk menyuplai Kilang Plaju karena lokasinya yang berdekatan. Bila produksi terus meningkat, dia menyebut baru akan mencari pembeli lainnya seperti PetroChina.
“Untuk sementara, [dijual ke] Pertamina karena kan di Plaju.”