Bisnis.com, PADANG—PT Semen Padang mencatatkan kinerja ekspor sepanjang Oktober tahun ini tumbuh signifikan hingga 140% dari 21.001 ton periode yang sama tahun lalu menjadi 50.429 ton.
Direktur Utama Semen Padang Benny Wendry mengakui penjualan luar negeri mengalami peningkatan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya mengingat strategi perseroan untuk memperluas pasar ekspor.
“Ini salah satu strategi kami [Semen Padang] untuk masuk lebih banyak ke pasar ekspor. Untuk dalam negeri masih prioritas, serapan sebenarnya juga tidak minim, masih menjanjikan,” katanya kepada Bisnis.com, Minggu (13/11/2016).
Menurutnya, porsi eskpor hanya sekitar 5% dari produksi perseroan, guna mempertahankan pasar luar negeri dan membidik pasar-pasar baru yang bersaing dengan sejumlah perusahaan multinasional.
Adapun, prioritas anak usaha Semen Indonesia Grup itu masih untuk memenuhi kebutuhan semen dalam negeri yang diyakini bakal terus meningkat seiring rencana pembangunan proyek infrastruktur.
Data Asosiasi Semen Indonesia (ASI) per Oktober 2016, mencatatkan ekspor Semen Padang tumbuh 140% di bulan Oktober, dan secara keseluruhan dari Januari-Oktober, kinerja ekspor juga tumbuh 5,5% dari 354.445 ton menjadi 373.800 ton.
Posisi Semen Padang yang strategis melalui pelabuhan Teluk Bayur dinilai potensial untuk menggarap pasar ekspor di kawasan Asia Selatan, Timur Tengah dan Afrika.
Adapun, ekspor Semen Indonesia yang terdiri dari Semen Gresik, Semen Padang, dan Semen Tonasa sampai Oktober tumbuh 15,2% dari 419.767 ton menjadi 483.745 ton.
Sedangkan untuk pasar dalam negeri, penjualan Semen Padang terkoreksi 5,3% dari 684.988 ton menjadi hanya 648.409 ton.
Meski terjadi penurunan penjualan bulan lalu, namun secara keseluruhan penjualan dalam negeri perseroan masih tumbuh 0,4% menjadi 5,18 juta ton dari periode yang sama tahun sebelumnya 5,16 juta ton.
Benny mengakui penjualan dalam negeri terkontraksi karena menurunnya demand di wilayah Sumatra yang menjadi basis utama penjualan Semen Padang. Market share perusahaan semen tertua di Asia Tenggara itu hampir 45% untuk kawasan Sumatra.
Data ASI juga mencatatkan konsumsi semen di Sumatra turun 1,7% dari 1,42 juta ton menjadi 1,40 juta ton.
Begitu juga untuk pasar Jawa mengalami kontraksi 11,6% dari 3,66 juto ton pada Oktober tahun lalu menjadi hanya 3,24 juta ton.
Selain dua kawasan itu, penurunan konsumsi semen juga terjadi di Kalimantan sebesar 9,8%, Nusa Tenggara 12,4%, dan Maluku dan Papua 10,2%. Hanya pasar Sulawesi yang mampu mencatakan pertumbuhan sebesar 5%.
Meski konsumsi semen dalam negeri mengalami penurunan bulan lalu, secara umum sepanjang tahun ini konsumsi semen naik 2,4% dari 50,93 juta ton tahun lalu menjadi 52,16 juta ton.