Bisnis.com, JAKARTA—PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) menjalin kerja sama dengan lembaga multilateral guna meningkatkan kapasitas keuangan perseroan dalam menyalurkan pembiayaan proyek infrastruktur.
Direktur Utama SMI Emma Sri Martini menyatakan telah melakukan penjajakan dengan berbagai lembaga multilateral, seperti World Bank, Asian Development Bank (ADB), dan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB), baik untuk menambah ekuitas perseroan, maupun pembiayaan bersama proyek infrastruktur.
“Hampir semua multilateral pasti kan kita explore untuk kolaborasi. Kalau World Bank dan ADB kan sudah, sekarang AIIB juga lagi kita jajaki,” ujarnya, Jumat (11/11/2016).
Dia memperkirakan total aset SMI pada akhir tahun dapat mencapai Rp30 triliun, sementara rasio leverage perusahaan masih di bawah jumlah tersebut, sehingga masih tersisa ruang untuk meningkatkan kapasitas fiskal hingga tiga sampai empat kalinya melalui pinjaman.
Emma mengaku tak menemukan kendala berarti dalam menghimpun dana investor untuk pembiayaan infrastruktur. Menurutnya, hal tersebut jauh lebih mudah untuk dilakukan ketimbang mempersiapkan dan memilih proyek yang siap ditawarkan untuk investor. Dia menilai persiapan proyek kerap memakan waktu karena menyangkut akuisisi lahan, dan kapasitas institusi yang menjalankan proyek.
“Leveraging kita bisa sampai Rp60 triliun, tetapi sebenarnya itu bukan tantangan. Tantangannya adalah kesiapan proyeknya, bankability project dan kualitas proyeknya. Mencari funding itu jauh lebih cepat ketimbang mencari proyek,” ujarnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, proyek transportasi dan kelistrikan masih menjadi dua sektor yang paling banyak dibiayai oleh SMI. Belum lama ini SMI terlibat sindikasi pembiayaan bersama Bank BNI, BCA memberikan pembiayaan kredit sebesar Rp1,35 triliun untuk ruas tol Pandaan—Malang.
Wakil Ketua Kadin Indonesia Bidang Infrastruktur dan Konstruksi Erwin Aksa menilai permodalan perbankan dan lembaga pembiayaan infrastruktur harus ditingkatkan. Dengan demikian, jumlah pinjaman yang dapat disalurkan untuk proyek-proyek infrastruktur lebih besar sehingga lebih cepat mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Saya kira yang paling penting perbankan harus ditambah modalnya, lembaga pembiayaan seperti SMI juga harus diperbesar modalnya supaya rasio mereka untuk memberikan pinjaman bisa lebih besar,” ujarnya.
Dia mencontohkan masifnya ekspansi China dalam mengerjakan proyek-proyek infrastruktur di Indonesia salah satunya ditopang oleh kuatnya permodalan perbankan di negara tirai bambu tersebut. Relaksasi aturan perbankan juga dinilai dapat menjadi salah satu faktor yang mendorong percepatan pembangunan infrastruktur di Tanah Air.