Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PREDIKSI INFLASI 2017: Kenaikan Cukai Rokok Bisa Dorong Laju Kenaikan Indeks Harga Konsumen

Samuel Sekuritas Indonesia memperkirakan inflasi tahunan akan bertahan di kisaran 3,2%-3,4% YoY di kuartal IV/2016
Buruh melakukan pelintingan sigaret kretek tangan (SKT) di sebuah pabrik rokok, di Kudus, Jawa Tengah, Rabu (31/8/2016)./Antara-Yusuf Nugroho
Buruh melakukan pelintingan sigaret kretek tangan (SKT) di sebuah pabrik rokok, di Kudus, Jawa Tengah, Rabu (31/8/2016)./Antara-Yusuf Nugroho

Bisnis.com, JAKARTA- Samuel Sekuritas Indonesia memperkirakan inflasi tahunan akan bertahan di kisaran 3,2%-3,4% YoY di kuartal IV/2016.

“Ekspektasi Desember 2016 masih dipertahankan di 3,3% YoY, dan di 2017 inflasi bisa terus naik ke kisaran 4,5% YoY,” kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam risetnya yang diterima hari ini, rabu (2/11/2016).

Dia mengemukakan inflasi terus naik, pada Oktober 2016 menjadi 3,31% YoY, terutama akibat deflasi pangan bulanan yang tak serendah biasanya, serta kenaikan harga berbagai barang yang diatur oleh pemerintah.

“Angka itu sedikit lebih tinggi dari perkiraan kami (3,25% YoY), tetapi sejalan dengan konsensus (3,3% YoY),” ujarnya.

Naiknya harga minyak, ujarnya, bisa memacu inflasi yang lebih tinggi. Namun apresiasi rupiah bisa mencegah kenaikan terlalu tajam, paling tidak untuk sekarang.

“Ekspektasi inflasi 2016 masih tetap 3,3% YoY, sementara di 2017 inflasi berpeluang naik ke 4,5% YoY,” kata Rangga.

Efek la nina, jelasnya,  masih mengacaukan siklus inflasi pangan bulanan. Sehingga deflasi tidak terlalu dalam di Oktober 2016.

Hal itu memicu naiknya inflasi barang bergejolak tahunan dari 6,51% YoY ke 7,54%.

“Hingga Januari 2017 inflasi pangan bulanan diperkirakan terus naik,” ujarnya.

Selain itu, tambahnya, kenaikan bertahap harga tembakau menjelang naiknya cukai rokok di awal 2017, serta kenaikan harga listrik PLN pelanggan nonsubsidi per Oktober 2016 mendorong inflasi barang yang diatur pemerintah dari -0,38% YoY menjadi 0,17% YoY.

“Itu menjadi contoh nyata efek tularan kenaikan harga minyak mentah yang kalau bukan akibat apresiasi rupiah, tren naik inflasi harusnya bisa lebih tajam,” kata Rangga.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper