Bisnis.com, JAKARTA - Produk kimia pembasmi hama asal Indonesia kalah bersaing di pasar Australia karena tarif impor yang tinggi.
Direktur Corporate Engangement, Monsanto Indonesia, Herry Kristianto menjelaskan perbedaan tarif membuat konsumen di Australia lebih memilih produk pembasmi hama asal Malaysia dibandingkan dengan produk asal Indonesia.
Pemerintah Australia mengenakan tarif bea masuk 0% atas produk pembasmi hama asal Malaysia, sedangkan produk asal Indonesia dibebani tarif bea masuk 5%.
“Mereka lebih memilih memasukkan produk dari Malaysia, padahal potensi pasar pembasmi hama buat produk Indonesia di Australia bisa mencapai US$100 juta,” kata Herry kepada bisnis, Kamis (20/10/2016).
Produsen Indonesia mampu memasok sekitar 30 juta liter herbisida dan dan 30 juta liter pestisida ke Australia yang secara total bernilai US$100 juta per tahun.
Herry memaparkan Monsanto Indonesia saat ini mengekspor sekitar 10 juta liter herbisida ke Australia siap tahun. Australia adalah pasar ekspor terbesar bagi industri herbisida Monsanto Indonesia.
Kapasitas produksi herbisida Monsanto Indonesia adalah 30 juta liter per tahun. Monsanto menjual sekitar 15 juta liter herbisida per tahun dari kebutuhan di Tanah Air yang mencapai 35 juta liter per tahun.
“Permintaan atas herbisida di Indonesia cukup tinggi untuk pemeliharaan kebun dan pembukaan lahan baru kelapa sawit. Namun, kami juga ingin ekspor dari pabrik kami,” kata Herry.