Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

JAS Yakin Raup Rp1,2 Triliun

PT Jasa Angkasa Semesta Tbk memproyeksikan bisa meraup pendapatan usaha sepanjang tahun ini menjadi Rp1,2 triliun atau tumbuh 11%-12%, ditopang lonjakan trafik penumpang dan kargo.

JAS Yakin Raup Rp1,2 Triliun
JAKARTA — PT Jasa Angkasa Semesta Tbk memproyeksikan bisa meraup pendapatan usaha sepanjang tahun ini menjadi Rp1,2 triliun atau tumbuh 11%-12%, ditopang lonjakan trafik penumpang dan kargo.

Direktur Utama Jasa Angkasa Semesta (JAS) Adji Gunawan mengatakan pertumbuhan bisnis ground handling perusahannya tahun ini mencatatkan kinerja yang cukup baik, seiring dengan meningkatnya arus barang dan penumpang. JAS merupakan salah satu perusahaan penyedia jasa tata operasi darat atau ground handling di sejumlah bandara.

“Bicara arus barang, saya lihat pertumbuhannya cukup baik, bisa double digit. Untuk arus penumpang, mungkin belum double digit, tapi kami melihat pergerakannya sudah [ada] kenaikan,” katanya di Jakarta, Selasa (18/10).

Saat ini, Adji menilai banyaknya pemain perdagangan elektronik atau e-commerce sebenarnya telah mengubah jalur mata rantai pasok di Indonesia.

Menurutnya, pergerakan arus barang itu sudah semakin tidak ada hambatan atau borderless.

Hal itu juga yang menyebabkan komoditas yang diangkut menggunakan pesawat udara mulai beragam, misalnya produk garmen. Adji optimistis pengiriman kargo menggunakan pesawat udara pada masa mendatang semakin diminati konsumen.

“Contoh lainnya adalah ponsel. Dulu itu hanya untuk memenuhi kebutuhan komunikasi saja. Sekarang, ponsel menjadi gaya hidup. Aksesoris kian beragam, bentuk lebih banyak dan lain sebagainya, dan tentu ini makin tinggi volumenya,” tuturnya.

Selain barang, lanjutnya, jumlah penumpang internasional yang berkunjung ke Indonesia juga memiliki potensi untuk tumbuh hingga dua digit, ketimbang saat ini mencatatkan pertumbuhan satu digit.

Penumpang internasional yang dimaksud antara lain penumpang asal China. Menurutnya, masyarakat China berpenghasilan menengah terus tumbuh, dari sebelumnya hanya 200 juta orang, kini sudah menyentuh 300-400 juta orang.

Asal tahu saja, pada pertengahan tahun ini, Lucky Air—maskapai asal China—memilih Jasa Angkasa Semesta sebagai pihak yang bertugas untuk mengelola ground handling maskapai itu di Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng dan Ngurah Rai Bali.

Di sisi lain, tantangan para penyedia jasa ground handling di Indonesia untuk beroperasi juga kian besar. Pasalnya, beleid yang mengatur mengenai peremajaan peralatan ground handling mulai berlaku pada Januari 2017.

“Jadi pada Januari 2017, perusahaan perusahaan yang tidak meremajakan peralatan akan terancam dicabut lisensinya oleh Kementerian Perhubungan, selaku regulator. Saya istilahkan akan ada seleksi alamiah,” ujarnya.

Kendati demikian, sambungnya, beleid yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perhubungan No. 174/2015 tersebut justru memberikan kesempatan perusahaannya untuk mengambil peluang dari pasar penerbangan domestik.

CUKUP MENGGIURKAN

Sejauh ini, JAS lebih banyak melayani penerbangan internasional dari maskapai asing. Pangsa pasar JAS untuk penerbangan internasional saat ini sekitar 55%, dan melayani 12 station di Indonesia.

Peralatan yang diremajakan antara lain, baggage towing tractor diesel sebanyak 36 unit, baggage cart electric enam unit, high loader trepel 20 unit, main deck loader empat unit, passenger boarding stair 17 unit.

Sementara itu, Direktur Arista Indonesia Aviation Center (AIAC) Arista Atmadjati menilai ground handling merupakan bisnis yang cukup menjanjikan di sektor transportasi udara. Apalagi, permintaan jasa angkutan udara di Indonesia terus melonjak, baik dari sisi penumpang maupun barang.

“Biaya ground handling maskapai full service itu sekitar 15% dari total biaya operasional. Sementara, untuk LCC [low cost carrier] itu sekitar 10%. Kebayang dong, besaran nilai pendapatan yang bisa diraup, apalagi kalau klien maskapainya banyak,” katanya.

Dengan potensi tersebut, lanjutnya, banyak maskapai dalam negeri yang juga melirik jasa ground handling. Namun, Arista menilai modal yang harus digelontorkan untuk bisnis jasa ground handling itu tidak sedikit karena harga peralatan GSE dan kendaraan operasional cukup mahal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper