Bisnis.com, JAKARTA - UNEP menyatakan pengurangan penggunaan hydrofluorocarbons bisa mengurangi laju pemanasan global hingga 0,5 derajat celcius pada akhir abad ini.
UNEP, Badan PBB untuk Perlindungan Lingkungan, menyatakan Kesepakatan Kigali bisa menekan konsumsi HFC secara global hingga sekitar 15%—20% pada periode 2040-an dan mengurangi 90 miliar ton polusi karbon dioksida di atmosfer pada 2050.
Pengurangan konsumsi tersebut bisa mengurangi laju pemanasan global hingga 0,5 derajat celcius pada akhir abad ini sejalan dengan komitmen KTT Perubahan Iklim di Paris pada 2015 untuk menekan laju pemanasan global hanya sebesar 2 derajat celcius.
Emisi HFC di atmosfer saat ini tumbuh sekitar 10% per tahun, gas rumah kaca dengan pertumbuhan paling tajam. Bahan kimia tersebut lahir setelah penggunaan chlorofluorocarbon, zat perusak lapisan ozon, dilarang secara bertahap melalui Protokol Monteral pada 1987.
HFC tidak memiliki dampak terhadap lapisan ozon. Namun, emisi bahan kimia tersebut dinyatakan menimbulkan efek rumah kaca ribuan kali lebih tinggi dibandingkan karbon dioksida.
UNEP menambahkan bahan pendingin pengganti HFC yang saat ini sedang dikembangkan termasuk bahan kimia berbasis amonia dan karbon dioksida. Riset juga dilaksanakan untuk menghasilkan teknologi pendingin yang lebih efisien.
Perwakilan sekitar 170 negara sepakat untuk mengurangi penggunaan bahan kimia pendingin jenis hydrofluorocarbons mulai 2019.
Jenis pendingin hydrofluorocarbons atau HFC mencakup R-32, bahan kimia yang digunakan sebagai refrigerant dalam produk kulkas dan penyejuk ruangan secara global, termasuk Indonesia.