Bisnis.com, MALANG - Rendemen tebu di Malang, Jatim, turun tajam trerdampak iklim basah sepanjang sepanjang 2016.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab. Malang Tomie Herawanto mengatakan rerata rendemen tebu di wilayah tersebut mencapai 6%-7% saja. Padahal saat cuaca bagus, rendemen bisa mencapai 9%-9,5%. “Yang susah tidak hanya petani, tapi juga PG (pabrik gula),” ujarnya di Malang, Jumat (14/10/2016).
Selain rendemen turun, biaya yang dikeluarkan petani juga naik. Hal itu terjadi karena untuk tebang naik tajam. Jika cuaca normal, biaya tebang hanya mencapai Rp5.000/kuintal. Namun, saat ini naik menjadi Rp13.000-Rp15.000/kuintal.
Harga lelang gula yang diterima petani juga relatif rendah. Kalau direratakan, hanya mencapai Rp10.000/kg, lebih rendah dari harga patokan produksi (HPP) yang mencapai Rp11.500/kg.
“Harga lelang rendah karena petani menjualnya dalam bentuk tebu. Kalau dikonversi dengan harga gula, hanya mencapai Rp10.000/kg, karena PG harus mengeluarkan biaya-biaya lainnya,” ujarnya.
PG juga cukup direpotkan dengan iklim yang basah. Giling menjadi tidak optimal karena truk tidak mau masuk mendekati tempat giling karena khawatir ambles. Dampaknya, kapasitas produksi hanya dimanfaatkan sebagian, atau sekitar 50%.
Rupanya, kata dia, rel lori perlu difungsikan lagi agar pengangkutan tebu ke mesin giling dari truk menjadi lebih mudah. Kenyataan itu, menurut Tomie, perlu dipikirkan jika kasus yang sama terjadi lagi. Petani tebu perlu dilindungi agar kerugiannya tidak banyak lewat program asuransi. “Sayangnya asuransi hanya sebatas pada komoditas pangan, terutama padi,” ujarnya.
Luas arel tanaman tebu di wilayah Kab. Malang yang tercatat di Dinas Pertanian dan Perkebunan setempat mencapai 42.000 hektare. Lahan seluas itu ditanam petani tradisional.
Namun untuk lahan yang ditanam perusahaan perkebunan, seperti PTPN dan Perhutani, belum tercatat secara akurat. Estimasinya, total lahan tebu di wilayah Kab. Malang mencapai 70.000 hektare. “Karena itulah ada fenomena tebu keluar daerah karena pengusaha mengejar subsidi yang dikeluarkan PG,” ujarnya.
Sementara itu, pantauan di pasar menunjukkan harga gula pasir masih stabil, tidak ada kenaikan bila dibandingkan pekan lalu. Di Pasar Blimbing, harganya mencapai Rp12.500/kg, Pasar Oro-oro Dowo Rp13.000/kg, Pasar Klojen Rp13.000, Pasar Tawangmangu Rp12.700/kg, dan Pasar Dinoyo Rp12.500/kg.