Bisnis.com, JAKARTA – Pengembangan kawasan industri Teluk Naga bisa membuat pengembangan kawasan industri di Jabodetabek semakin berimbang.
Ketua Himpunan Kawasan Industri (HKI) Sanny Iskandar menyambut baik minat Australia ikut bekerja sama dalam pengembangan kawasan industri Teluk Naga.
Dia mengatakan kehadiran Australia memberikan alternatif asal investasi dalam pengembangan kawasan industri di Indonesia yang selama ini lebih banyak didominasi oleh perusahaan asal Jepang.
Selain itu, pengembangan kawasan industri Teluk Naga bisa mengawali pergeseran pertumbuhan kawasan industri baru ke arah barat Ibu Kota. Pengembangan ke wilayah Banten, menurut Sanny, bisa mengimbangi sekaligus mengurangi beban pengembangan kawasan industri yang selama ini fokus ke wilayah timur Jakarta.
“Sekarang ke sana lebih banyak hunian karena pemerintah dulu merancang wilayah barat untuk hunian. Beberapa ada untuk industri-industri tertentu seperti logam dan industri aneka,” katanya kepada bisnis, Senin (10/10/2016).
Sanny menyarankan pemerintah meninjau ulang aturan tata ruang tersebut dan mengembangkan wilayah di barat Jakarta sebagai pusat klaster industri khusus.
Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM, Azhar Lubis, mengatakan Australia-Indonesia Business Council (AIBC) dan BUMD milik Pemerintah Provinsi Banten, Banten Global Development (BGD) berencana mengembangkan kawasan industri terpadu di Teluk Naga, Banten.
Dia menjelaskan pengembangan kawasan industri terpadu di Teluk Naga merupakan bagian dari rencana pengembangan kawasan industri terintegrasi seluas 700 hektare yang mencakup wilayah Kohod dan Tanjung Burung di mulut sungai Cisadane.
Kerja sama antara AIBC dan BGD diawali dengan penandatanganan nota kesepahaman antara kedua pihak di Kantor BKPM. BGD bertindak sebagai pemilik proyek pengembangan kawasan industri, sedangkan AIBC bertindak sebagai koordinator beberapa perusahaan asal Australia yang berminat berinvestasi di Teluk Naga.
Salah satu investasi tahap awal di Teluk Naga adalah pembangunan pembangkit listrik tenaga gas 3x450 MW yang diperkirakan membutuhkan investasi US$1,3 miliar dan rampung dalam lima tahun ke depan.