Bisnis.com, JAKARTA – Permintaan yang masih lesu di tengah suplai yang semakin melimpah membuat produsen semen gelisah.
Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Widodo Santoso mengatakan permintaan yang masih lesu membuat produsen semen gelisah, terutama perusahaan yang pada beberapa bulan terakhir mengoperasikan pabrik baru atau perusahaan yang pabrik barunya akan berproduksi komersil dalam waktu dekat.
Dia memperkirakan penurunan laju pertumbuhan permintaan dan pengoperasian pabrik-pabrik baru membuat kondisi oversupply pada pasar semen domestik akan bertahan hingga 2021. Kapasitas produksi semen pada 2017 diperkirakan naik menjadi 102 juta ton dengan tingkat konsumsi maksimal 68 juta ton.
“Melihat realisasi sampai dengan September, hingga akhir tahun pertumbuhan hanya sekitar 3%—4% saja. Atau dalam setahun konsumsi cuma naik 2,5 juta ton,” kata Widodo.
Widodo mengharapkan pemerintah segera menerapkan kebijakan untuk membantu industri semen menghadapi kondisi oversupply dengan memperketat atau menunda pemberian izin baru pembangunan pabrik semen.
Data ASI menyatakan konsumsi semen turun 3,3% year on year menjadi 5,64 juta ton pada September.
Penurunan konsumsi pada September meredam rasa optimis dari lonjakan konsumsi pada Agustus. Penjualan semen tahun berjalan naik 2,95% pada Januari—September, menjauhi target pertumbuhan 5% yang ditetapkan ASI pada awal tahun.