Bisnis.com, JAKARTA - Peningkatan permintaan dari Timur Tengah adalah salah satu pendorong utama kinerja ekspor industri biskuit dan produk turunan tepung terigu lain.
Ketua Asosiasi Roti, Biskuit, dan Mi Instan (Arobim) Sribugo Suratmo mengatakan salah satu pendorong pertumbuhan ekspor produk turunan tepung terigu adalah kenaikan permintaan di Timur Tengah. Permintaan pasar Timur Tengah atas produk biskuit Indonesia tahun ini naik 15%–25% dibandingkan tahun lalu.
Dia optimistis kinerja ekspor produk turunan tepung terigu tumbuh dengan konsisten selama pasokan bahan baku stabil, apalagi di saat pesanan dari pasar tujuan ekspor mulai pulih dalam beberapa bulan terakhir.
“Satu hal yang bisa dilakukan pemerintah agar daya saing industri kita semakin kuat adalah harga gas. Jika pemerintah bisa turunkan harga gas saya yakin ekspor bisa lebih tinggi,” kata Sribugo, Senin (19/9/2016).
Data Aptindo menyatakan nilai ekspor produk turunan tepung terigu Indonesia pada 2015 mencapai US$608,12 juta. Nilai ekspor produk sampingan tepung terigu tercatat senilai US$92,98 juta, sedangkan nilai ekspor tepung terigu senilai US$35,29 juta.
Produk tepung terigu Indonesia bernilai ekspor terbesar adalah produk wafer, mi instan, dan biskuit. Nilai ekspor produk wafer pada 2015 mencapai US$178,45 miliar, mi instan senilai US$167,15 juta, sedangkan biskuit melebihi US$153,35 juta.