Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pembiayaan Buat Industri Manufaktur Kurang Lincah

pelaku industri manufaktur tidak bisa memperhitungkan biaya pengadaan mesin dan peralatan dalam menentukan harga produk
Anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Benny Soetrisno. /JIBI-Rahmatullah
Anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Benny Soetrisno. /JIBI-Rahmatullah

Bisnis.com, JAKARTA – Permasalahan pembiayaan membuat industri manufaktur Indonesia sulit mengimbangi perkembangan persaingan industri global.

Anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Benny Soetrisno mengatakan pembiayaan adalah salah satu hambatan utama yang membuat pertumbuhan industri manufaktur tertinggal dari sektor ekonomi yang lain.

Dia menjelaskan bisnis industri manufaktur memiliki karakter yang berbeda dengan bidang industri lain seperti ritel atau jasa. Perbedaan karakter tersebut membuat pelaku usaha industri manufaktur membutuhkan pola pembiayaan yang berbeda supaya bisa lebih kompetitif.

Perbedaan utama industri manufaktur, jelas Benny, adalah penggunaan mesin dan peralatan sebagai faktor produksi utama yang menentukan daya saing perusahaan.

Iklim persaingan industri ketat membuat pelaku industri manufaktur tidak bisa memperhitungkan biaya pengadaan mesin dan peralatan dalam menentukan harga produk.

“Singkatnya, orang di industri manufaktur kalau jual barang selalu nyari Ebitda. Jika mereka memasukkan depresiasi pasti enggak kompetitif. Sekarang itu depresiasi dikurangi, bahkan dibuat nol,” papar Benny, Rabu (14/9/2016).

Pola tersebut membuat calon pelaku industri manufaktur kesulitan ketika harus mencari pembiayaan investasi baru atau ketika harus mengganti mesin supaya bisa tetap kompetitif.

“Ketika teknologi mesin sudah absolut, industri harus beli mesin baru. Jika ada bank khusus, bisa lebih cepat. Bank umum kan carinya modal kerja saja,” kata Benny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper