Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Berharap “Hoax” Harga Rokok Rp50 Ribu Sebungkus Jadi Kenyataan

Masyarakat dibuat heboh oleh sebuah berita tidak benar di sebuah portal yang menyebutkan harga rokok akan naik rata-rata menjadi Rp50 ribu per bungkus, yang beredar secara viral di media sosial.
Puluhan pelajar tergabung Forum Anak Sukabumi (Faksi) menggelar kampanye hidup tanpa rokok dengan longmars di pusat perkotaan Kota Sukabumi, Jawa Barat, Minggu (27/9/2015)/Antara
Puluhan pelajar tergabung Forum Anak Sukabumi (Faksi) menggelar kampanye hidup tanpa rokok dengan longmars di pusat perkotaan Kota Sukabumi, Jawa Barat, Minggu (27/9/2015)/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Masyarakat dibuat heboh oleh sebuah berita tidak benar di sebuah portal yang menyebutkan harga rokok akan naik rata-rata menjadi Rp50 ribu per bungkus, yang beredar secara viral di media sosial.

Kehebohan serta pro dan kontra di masyarakat semakin meningkat karena pada layanan pesan instan dan media sosial sudah beredar harga-harga "baru" sejumlah merek rokok.

Kegaduhan terus bergulir karena media massa ikut "termakan" berita hoax tersebut. Berita hoax dari portal "abal-abal" pun akhirnya menjadi pemberitaan media massa dan menjadi wacana yang beredar di masyarakat.

Wacana tersebut berawal dari Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan (PKEKK) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia yang meneliti hingga harga berapa seorang perokok akan berpikir untuk berhenti merokok.

Penelitian itu sebenarnya bukan hal baru. Sudah lama para pendukung pengendalian tembakau, yang salah satu tujuannya adalah aksesi Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau (FCTC), menyuarakan tentang harga rokok di Indonesia yang sangat murah bila dibandingkan dengan negara-negara lain.

Penelitian yang dipimpin Profesor  Hasbullah Thabrany dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI)  itu sudah berulang kali disuarakan oleh kelompok pendukung pengendalian tembakau dan diberitakan oleh media massa, tetapi selama ini tidak pernah sampai menimbulkan "kegaduhan" di masyarakat.

Terlepas siapa yang berkepentingan dengan wacana kenaikan harga rokok itu, harga rokok di Indonesia yang masih sangat murah adalah sebuah fakta. Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan rumah tangga termiskin di Indonesia membelanjakan uangnya yang pertama untuk beras dan kedua untuk rokok.

Fakta itu tentu membuat miris karena asupan kalori dan gizi, bahkan pendidikan, anak-anak rumah tangga termiskin Indonesia harus dikalahkan oleh rokok karena orang tuanya sudah kecanduan.

Seharusnya, uang yang dibelanjakan untuk membeli rokok bisa digunakan untuk meningkatkan gizi dan pendidikan anak sehingga generasi selanjutnya bisa lepas dari jerat kemiskinan.

Belum lagi akses anak-anak yang mudah terhadap rokok. Sudah harganya sangat murah, penjualannya pun tidak diatur ketat sehingga sangat mudah bagi anak-anak untuk membeli rokok. Di dunia internasional, Indonesia sudah dikenal sebagai negara dengan bayi perokok atau baby smoker country.

Melihat fakta-fakta tersebut, banyak pihak yang mendukung kenaikan harga rokok minimal Rp50 ribu per bungkus. Wacana yang bermula dari berita hoax berhasil menjadi perhatian banyak pihak untuk didorong menjadi kenyataan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman Selanjutnya
Belum Ditetapkan
Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper