Bisnis.com, JAKARTA - Produsen kabel secara bertahap mengurangi pasokan bahan baku impor seiring peningkatan kapasitas industri pengolahan mineral domestik.
Ketua Asosiasi Pabrik Kabel Indonesia (Apkabel) Noval Jamalullail memaparkan pabrikan kabel kini memasok mayoritas pasokan bahan baku dari dalam negeri.
Pasokan alumunium bagi aktivitas produksi industri Indonesia meningkat drastis pasca peralihan kepemilikan PT Asahan Indonesia Alumunium (Inalum) dari Jepang ke Indonesia.
Inalum kini memasok sekitar 80% dari total kebutuhan produsen kabel yang mencapai 150.000 ton per tahun, sisanya disuplai dari semelter luar negeri. Produsen kabel sebelumnya harus mendatangangkan 70% bahan baku alumunium dari luar negeri sebelum peralihan kepemilikan Inalum.
Porsi pasokan lokal tembaga lebih besar, yaitu 90% dari kebutuhan industri kabel yang mencapai sekitar 300.000 ton per tahun yang masyoritas disuplai oleh PT Smelting Gresik.
Noval menjelaskan pasokan tembaga dan alumunium belum bisa 100% dipasok dari dalam negeri karena keterbatasan kapasitas Inalum dan Smelting Gresik.
Kapasitas Inalum yang hanya sekitar 250.000 ton per tahun juga diserap oleh produsen komponen peralatan rumah tangga seperti PT Maspion dan industri berbasis alumunium lain. Adapun kapasitas Smelting Gresik hanya sekitar 200.000 ton.
“Di tembaga amsih dimungkinkan untuk recycling, selama kemurnian dan daya tahan elektrik masih dapat itu masih bisa dipakai,” kata Noval di sela Pameran Produk Logam di Gedung Kementerian Perindustrian, Rabu (24/8/2016).
Noval mengatakan pasokan lokal bisa 100% setelah kapasitas produksi alumunium dan tembaga nasional meningkat. Inalum rencananya memulai ekspansi kapasitas produksi alumunium dalam waktu dekat, sedangkan potensi tambahan kapasitas tembaga muncul dari rencana pendirian smelter PT Freeport Indonesia.