Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penurunan Harga Gas bagi Farmasi Tak Lantas Tarik Investasi

Pelaku industri farmasi menilai penurunan harga gas di sektornya tidak akan lantas mengundang minat investasi. Deregulasi terkait investasi asing untuk industri bahan baku obat justru dinilai lebih menjanjikan.
Industri farmasi. /indianmirror
Industri farmasi. /indianmirror

Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri farmasi menilai penurunan harga gas di sektornya tidak akan lantas mengundang minat investasi. Deregulasi terkait investasi asing untuk industri bahan baku obat justru dinilai lebih menjanjikan.

Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Farmasi Darodjatun Sanusi mengatakan penggunaan gas di sektor farmasi terbilang sangat kecil karena lebih menggantungkan sumber energi listrik dan diesel. 

Menurutnya, penurunan harga gas tidak bisa lantas bakal mengundang investasi yang masuk di sektor ini. Penggunaan gas memang diperlukan untuk pembuatan kemasan obat, seperti ampul, fial, dan injeksi. 

Justru menurutnya, kebijakan pemerintah terkait dibukanya investasi asing untuk industri bahan baku obat lebih menjanjikan untuk mendorong pertumbuhan industri farmasi dalam negeri. 

“Saat ini sudah ada lima perusahaan yang sudah mulai membangun pabrik di Jakarta, Jawa Timur, dan lainnya. Kalau pabrik bahan baku obatnya termasuk obat biologi maka tidak akan banyak menggunakan energi, kalau kimia butuh banyak bahan bakar,” terangnya saat dihubungi Bisnis.com, Senin (15/8/2016).

Sebelumnya, usai rapat koordinasi di Kementerian Koordinator Perekonomian, Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan penggunaan gas di sektor industri menjadi faktor penguras biaya produksi, yaitu mencapai 30%. Dengan ketergantungan bahan baku impor, dia berharap harga gas yang lebih kompetitif bisa memperbaiki industri.

“Sektor lain yang membutuhkan potongan harga gas adalah industri farmasi. Kita tidak punya bahan baku obat-obatan, mungkin itu salah satu yang perlu ditambahkan,” ujarnya seperti dikutip dari siaran pers. 

Menurut data SKK Migas, harga gas di Jawa Timur mencapai US$8,01-US$8,05 per million british therma units (MMBtu), Jawa Barat US$9,14-US$9,18 per MMBtu, dan yang tertinggi di Sumatera mencapai US$13,9-US$13,94 per MMBtu. 

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan akan mengupayakan penurunan harga gas bagi industri demi menggenjot daya saing industri dibandingkan negara lain yang harga gasnya berkisar US$4-US$4,55 per MMBtu. 

Dia berharap sektor industri tambahan berupa daftar panjang yang tidak hanya menyangkut satu jenis industri agar industri tetap tumbuh. “Tambahan akan dibahas di jajaran eselon I. Kami bicara tentang multiplier effect, tenaga kerja, pertumbuhan industri. Ke belakangnya bisa tambahannya bisa  industri urea, lem kayu, rayon. Sekarang tambahannya farmasi,” jelasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper