Bisnis.com, JAKARTA—PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) mengundang pengusaha Korea Selatan untuk dapat ambil bagian dalam program direct call atau pengapalan langsung kargo ekspor dari Kalimantan Timur yang saat ini sedang dipersiapkan perusahaan.
Sebelumnya, PT Pelabuhan Indonesia IV atau Pelindo IV telah mengerakan direct call melalui Makassar pada awal tahun 2016 lalu.
Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia IV atau Pelindo IV Doso Agung mengatakan pengusaha Korea dapat terlibat melalui perusahaan pelayaran asal Negeri Ginseng itu yakni Korean Marine Transport Co. (KMTC) atau sebagai pembeli produk komoditas asal Kalimantan Timur.
Dengan keterlibatan pengusaha Korea Selatan, maka Kalimantan Timur dapat melakukan ekspor langsung ke Korea, China atau Jepang sebagai negara tujuan ekspor.
“Melalui direct call, kami yakin akan mampu dilakukan penghematan biaya alih muat kapal dan handling petikemas sebesar minimal US$ 200 per kontainer dan lama waktu perjalanan 7 hari hingga 12 hari kedatangan cargo di negara tujuan ekspor tersebut,” ungkapnya dalam siaran pers, Kamis (21/7).
Dalam Preparatory Meeting on Bilateral Maritime Dialogue Republic of Indonesia or Korea berlangsung di Balikpapan, Pelindo IV memang mengaku sedang melakukan persiapan pelaksanaan direct call melalui konsolidasi muatan di Pelabuhan Tarakan, Nunukan, Samarinda dan Balikpapan.
Oleh sebab itu, dia mengatakan Pelindo IV mencari mitra pelayaran yang akan menangani direct call (ekspor/impor) dan konektivitas antar pulau di Kaltim, Kaltara, Palu/Pantoloan dan sekitarnya.
Khusus direct call, bongkar muat dan pengapalannya akan dilakukan melalui Kaltim Kariangau Terminal, yakni teriminal petikemas kelolaan Pelindo IV bersama dengan Pemerintah Provinsi Kaltim.
Berdasarkan data Pelindo IV, potensi ekspor dari propinsi kaltim dan sekitarnya cukup besar. Adapun, komoditasnya a.l. plywood, ikan, udang, rumput laut dan palm kernel shell (cangkang sawit). Adapun negara tujuan ekspor untuk komoditas tersebut a.l. Jepang, Korea, Hongkong dan China.
Direktur Utama Pelindo IV mengatakan alasan mengapa perusahaan membuat program direct call. Menurutnya, Indonesia Timur selama ini kaya akan potensi, namun konektivitasnya masih minim.
Dia berpendapat kondisi ini merupakan konsekuensi strategi pembangunan Indonesia masa lalu yang masih berorientasi Jawa sentris.
“Akibatnya pembangunan ekonomi sektor industri dan jasa beserta infrastruktur logistiknya terpusat di Jawa dan sekitarnya,” paparnya.
Contohnya, kondisi pelabuhan umum di Indonesia Timur yang hampir seluruhnya masih berstatus dalam negeri atau antar pulau, sehingga tidak ada pelabuhan yang mampu melakukan ekspor/impor secara langsung.
Alhasil, aktivitas ekspor/impor selama ini hanya dilakukan melalui Jakarta, Surabaya atau Semarang. Kegiatan ini justru membuat biaya logistik menjadi tinggi karena handling atau bongkar muat dan alih kapal dilakukan beberapa kali.
Tidak hanya mahal, barang ekspor/ impor juga lama sampai ke negara tujuan ekspor.
Bahkan, dia menuturkan ada kegiatan ekspor/impor yang masih dilakukan melalui pelabuhan/Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) milik masing-masing perusahaan di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
Hal ini, lanjutnya, banyak dilakukan oleh perusahaan pertambangan dan migas di Indonesia.