Bisnis.com, JAKARTA - Surplus neraca perdagangan pada semester I/2016 tergerus 19,68% dibandingkan periode yang sama tahun lalu dari US$4,47 miliar menjadi US$3,59 miliar.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan surplus neraca perdagangan paruh pertama tahun ini berada di level US$3,59 miliar. Angka ini turun 19,68% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang menyentuh angka US$4,47 miliar.
Rinciannya, total ekspor pada semester I/2016 mencapai US$69,51 miliar atau turun 11,37% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ekspor nonmigas juga turun 7,92% ke level 63,01 miliar.
Share terbesar ekspor berasal dari komoditas lemak dan minyak nabati sebesar US$7,92 miliar dan bahan bakar mineral sebesar 6,47 miliar.
Berdasarkan negara, ekspor terbesar menuju Amerika Serikat sebesar US$7,88 miliar atau menyumbang porsi 12,5%. Disusul ekspor ke Jepang sebesar US$6,42 miliar atau 10,19% dan China sebesar US$6,08 miliar dengan porsi 9,65%.
Ekspor industri manufaktur tetap mendominasi dengan nilai US$56,40 miliar (71,91%), kemudian tambang & lainnya sebesar US$10,33 miliar atau 13,17% 10,33, minyak dan gas bumi US$9,99 miliar atau 12,74%, dan pertanian US$1,71 miliar atau 2,18%.
Adapun impor kumulatif paruh pertama tahun ini sebesar US$65,92 miliar atau turun 10,86% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Impor nonmigas juga turun 5,83% ke level US$57,30 miliar.
Porsi terbesar impor berasal dari mesin dan peralatan mekanik sebesar US$10,32 miliar dan mesin dan peralatan listrik sebesar US$7,36 miliar.
Berdasarkan negara, impor paling besar berasal dari China senilai US$14,96 miliar dengan porsi 26,10%. Disusul impor dari Jepang sebesar US$6,27 miliar (10,93%) dan dari Thailand sebesar US$4,51 miliar (7,88%).
Dari sisi penggunaan barang, impor bahan baku menempati porsi tertinggi sekitar 74,42% dengan nilai US$49,05 miliar. Disusul impor barang modal yang mencapai US$10,71 miliar atau 16,24% dan impor barang konsumsi US$5,42 miliar atau 7,33%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel