Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia melaporkan cadangan devisa per Juni 2016 naik US$6,2 miliar menjadi US$109,8 miliar. Cadangan devisa diperkirakan makin meningkat seiring implementasi Undang-undang Pengampunan Pajak.
Gubernur BI Agus D.W Martowardojo mengatakan cadangan devisa juga dipengaruhi oleh penerbitan global bonds oleh pemerintah lebih dari US$4 miliar.
Penerimaan cadangan devisa juga meningkat karena hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas, penerimaan pajak dan devisa migas serta penarikan pinjaman pemerintah
Sementara itu, aliran dana asing yang masuk pada surat berharga negara dan pasar modal hingga pekan lalu tercatat mencapai Rp108 triliun atau lebih tinggi dari tahun sebelumnya pada periode yang sama sebesar Rp55 triliun.
Sebelumnya, BI melaporkan aliran dana asing yang masuk ke dalam negeri hingga 24 Juni 2016 mencapai Rp97 triliun (year to date). Dana asing yang masuk itu semakin menguatkan rupiah.
BI mencatakan hingga 13 Juli 2016 rupiah mengalami apresiasi 5,27% (year to date) mencapai Rp13.095 per dolar AS.
"Bagaimana kalau tax amnesty 2017? Tax amnesty sukses, begitu banyak dana yang masuk karena repatriasi dana, cadev meningkat cukup tinggi," katanya di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (14/7/2016).
Dia menuturkan rupiah juga semakin terapresiasi sejalan dengan aliran dana asing yang masuk ke dalam negeri lebih tinggi. BI memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berada dalam level Rp13.300-Rp13.600 pada 2017.
Namun, risiko tekanan rupiah masih ada dari sentimen kenaikan Fed Fubd Rate dan perkembangan ekonomi China sehingga berdampak pada volatilitas rupiah.
"Ada aliran dana yg besar, walaupun transaksi berjalan defisit. Impor lebih besar dari ekspor, tapi karena masuk repatriasi dana dalam jumlah besar membuat kurs kita kuat," ujarnya.