Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia menilai dampak dari keluarnya Inggris dari Uni Eropa ke Indonesia hanya sementara.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan rupiah sempat melemah 1% ke level Rp13.400/US$. Namun, dia menyatakan hal itu merupakan kewajaran yang mana dana asing keluar untuk mencari suaka negara yang diyakini aman, seperti Amerika Serikat dan Jepang.
BI meyakini larinya dana asing ke negara maju itu bersifat temporer, terlebih Indonesia dalam kondisi ekonomi relatif stabil dan terjaga. Hingga pekan lalu, BI mencatatkan nett dana asing yang masuk ke Indonesia mencapai Rp70 triliun, sementara tahun lalu pada periode yang sama sebesar Rp30 triliun.
"Yen dan dolar AS menguat, itu menunjukan mereka menjadi tempat yang diminati pada situasi risk off, dana-dana ditempatkan disana. Tapi ini biasanya implikasi sifatnya jangka pendek. Kami akan terus jaga," katanya, di Jakarta, Jumat (24/6/2016).
Dia menjelaskan hasil referendum itu masih melalui proses panjang seperti Inggris harus membuat permintaan ke Uni Eropa untuk keluar dan harus melewati proses negoisasi mengenai tarif, migrasi, dan sebagainya. Menurutnya, itu memerlukan waktu sekitar dua tahun.
"Kami yakini cukup kaget dunia meyakini ini. Nanti implikasinya jangka panjang. Malah kajian kami di 2030, pertumbuhan ekonomi Inggris bisa menurun sampai 7%," ucapnya.