Bisnis.com, Jakarta - Ekonom PT Bank Mandiri Tbk Andry Asmoro menilai penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia menjadi 6,5% harus disambut dengan kolaborasi dari kebijakan fiskal oleh pemerintah untuk menciptakan permintaan kredit.
Realisasi belanja di tingkat daerah harus dipercepat untuk memacu pertumbuhan ekonomi mengingat dari anggaran sekitar Rp2.000 triliun, sebanyak Rp750 triliun berada di daerah.
Menurutnya, bank sentral menjadi sangat memperhatikan pencapaian PDB sejak menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi di 2016 menjadi 5,0%-5,4%.
"Jangan cuma fokus bagaimana nenaikkan pajak, itu memang sangat penting. Tapi, pada waktu yang sama juga bagaimana mempercepat realisasi anggaran terutama di daerah itu sangat penting," katanya, di Jakarta, Kamis malam (16/6/2016).
Senior Economic Analyst Kenta Institut Eric Alexander Sugandi mengatakan penurunan BI Rate memang diarahkan untuk mendorong pertumbuhan kredit dari sisi suplai. Namun, pertumbuhan kredit juga akan ditentukan terhadap permintaannya.
Sementara, saat ini investor masih wait and see karena masih kuatnya tanda-tanda pelemahan daya beli masyarakat. Pertumbuhan kredit untuk konsumsi memang akan meningkat seiring penurunan Loan to Value (LTV) oleh BI.
"Tapi pertumbuhan kredit investasi dan kredit modal kerja akan ditentukan oleh demand dari investor," ucapnya.