Bisnis.com, JAKARTA - Pada 2030, 40% listrik akan dihasilkan dari energi terbarukan, hampir dua kali lipat dari pangsa pasar saat ini.
Berdasarkan Renewable Energy Agency, ekspansi ini akan terjadi akaibat semakin murahnya alokasi dana teknologi.
“Kami berharap dengan semakin rendahnya biaya teknologi, pada 2030, 40% sistem listrik global akan didominasi oleh energi terbarukan. Ini merupakan pertumbuhan yang luar biasa,” kata Adnan Amin Direktur Jenderal International Renewable Energy Agency seperti dikutip dari Bloomberg, Senin 30/5/2016.
Tantangan yang dihadapi energi terbarukan adalah menangkap pasar minyak mentah di sektor pemanasan, pendinginan, dan transportasi.
“Selama sektor listrik perduli, minyak memiliki posrsi yang sangat sedikit dalam sektor pembangkit listrik di seluruh dunia, sekitar 5%,” katanya.
Listrik yang bersumber dari panas matahari semakin meningkat seiring menurunnya harga yang dibutuhkan untuk pembangkit listrik tenaga surya.
Dubai mendapat kontrak 200 megawatt pembangkit listrik tenaga matahari pada Januari 2015 yang kemudian mencatatkan harga paling rendah di US5.85 sen per kilowatt-hour.
Bulan lalu, Arab juga menerima tawaran untuk 800 megawatt pembangkit listrik tenaga matahari dengan harga US2.99 sen per jam.
Menurut Irena, jatuhnya harga minyak membuat bahan bakar alternatif menjadi kurang menarik secara ekonomi.