Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Promosi Wisata Bisa Lewat Karya Sastra

Asisten Deputi Strategi Pemasaran Pariwisata Mancanegara, Ratna Suranti, menuturkan pariwisata membutuhkan penceritaan salah satunya melalui karya sastra.
Menteri Pariwisata Arief Yahya meresmikan Wonderful Indonesia Travel Fair 2016/Indonesia Travel
Menteri Pariwisata Arief Yahya meresmikan Wonderful Indonesia Travel Fair 2016/Indonesia Travel

Bisnis.com, JAKARTA - Asisten Deputi Strategi Pemasaran Pariwisata Mancanegara, Ratna Suranti, menuturkan pariwisata membutuhkan penceritaan salah satunya melalui karya sastra.

Selain film, karya sastra dapat menjelaskan secara detail keindahan alam dan potensi wisata daerah. Strategi serupa juga telah lama diterapkan Korea yakni melalui budaya pop untuk menarik kunjungan wisata.

 
Apalagi, Ratna melihat beberapa tahun ini tren kunjungan wisata ke beberapa daerah terus meningkat. Setidaknya ini terlihat dari grafik kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia yang terus naik beberapa tahun belakang.
 
“Sebenarnya ini [karya sastra] sudah menjadi program kami sejak dulu. Untuk saat ini akan kami genjot kembali,” tuturnya.

Salah satu karya sastra yang menyelipkan promosi wisata yakni Cintaku di Lembata karya Sari Narulita yang baru diluncurkan Kamis, (26/5). Sari menceritakan perjalanan, keindahan alam, dan budaya di Pulau Lembata, NTT, yang belum banyak terekspos melalui tokoh Kayla dan Gringgo.

Sebelum ini, penulis Andrea Hirata lebih dulu sukses memperkenalkan budaya dan pariwisata Belitung melalui novel Laskar Pelangi (2005). Laskar pelangi menjadi contoh bahwa produk budaya populer, seperti buku dan film, dapat mendorong gairah pariwisata suatu daerah.

Anggota himpunan pengarang Indonesia AKSARA, Titiek WS, menuturkan pemerintah seharusnya menempatkan penulis dan sastrawan sebagai ujung tombak bagi dunia pariwisata. Sebab, mereka dapat mengangkat cerita kekayaan budaya suatu daerah dalam karyanya. Keterlibatan penulis dan sastrawan dapat dilakukan salah satunya melalui kunjungan ke beberapa daerah yang belum banyak tersentuh.
 
“Ini pernah dilakukan pada novel Mutiara Hitam (1985),” sebutnya.
 
Doktor Sastra dan Budaya, Free Hearty, menuturkan melalui novel Cintaku di Lembata penulis menyelipkan kritik tentang potensi wisata daerah yang belum dikelola dengan baik. Padahal semestinya pariwisata dapat mengangkat ekonomi penduduk sekitar. Namun, kesejahteraan justru tidak diperoleh petani garam di novel Cintaku di Lembata yang menjadi tempat kunjungan para turis. Bagaimana caranya? Free menyebut dengan 3 W yakni, what to see, what to do, dan what to buy.
 
“Bagi saya, ladang garam di Lembata sangat menarik. Namun, ketika para turis datang ke ladang garam, lalu para petani dapat apa? Ini yang perlu dipikirkan,” sarannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Azizah Nur Alfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper