Bisnis.com, BANDUNG - Balai Besar Keramik (BBK) Kementerian Perindustrian mendorong industri keramik nasional memacu produksi bata tahan panas dengan memanfaatkan limbah aluminium dross.
Kepala BBK Kemenperin Supomo mengatakan pihaknya sudah melakukan penelitian dan pengembangan terhadap inovasi pemanfaatan limbah industri aluminium dross menjadi produk bata tahan panas.
"Bata tahan panas banyak diperlukan industri yang memiliki proses pemanasan di atas 500 derajat celcius seperti industri baja dan minyak bumi," ujarnya kepada Bisnis.com akhir pekan lalu.
Saat ini di Indonesia industri pembuat bata tahan panas masih sedikit, padahal industri pengguna cukup banyak.
Sehingga, katanya, seringkali kebutuhan bata tahan pasa dipenuhi industri pengguna dengan cara impor dari Jepang, Italia, Korea, dan lainnya.
"Penggunaan bata jenis ini memiliki masa pakai dalam waktu tertentu, sehingga secara rutin harus diganti. Ini peluang industri nasional untuk memenuhi kebutuan," ujarnya.
Kendati demikian, Supomo mengakui bagi industri tidak sedikit biaya yang dikeluarkan untuk mengolah limbah. Tapi di sisi lain, biaya tersebut nantinya bisa tergantikan berkali lipat ketika industri dari limbah yang menjadi sebuah produk.
Di samping itu, BBK melakukan kerja sama dengan PT. Pendekar Dua Nama dalam pengembangan produk bata geopolimer.
Dia mengatakan bata geopolimer mengandalkan terjadinya proses polimerisasi bahan dalam pembuatan bata.
Dia menjelaskan, jika untuk membuat bata beton diperlukan semen untuk merekatkan komponen pembuatnya, namun bata geopolimer tidak memerlukannya.
"Fungsi perekat digantikan bahan trazz, soda kostik, water glass, serta meta kaolin yang diaduk," ujarnya.
Dia menukaskan, bata geopolimer memiliki kualitas yang sama dengan produk bata beton. Bahkan biaya produksi yang dikeluarkan jauh lebih murah.
Direktur PT. Pendekar Dua Nama Robi Suwandi mengatakan saat ini industri perlu mengantisipasi membuat produk bata tanpa mengandalkan bahan baku yang selama ini digunakan seperti semen. Pasalnya, suatu saat bahan baku tersebut akan habis.
"Untuk itu pengembangan produk bata geopolimer cukup menjanjikan karena menggunakan bahan baku alternatif yang mudah diperoleh," katanya.