Bisnis.com, JAKARTA - PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk. akan mengoperasikan proyek komersial pertamanya yakni Hotel Enso di Cibitung, Bekasi, Jawa Barat, pada akhir tahun ini sebagai lini bisnis baru untuk mendukung sumber perdapatan berulang.
Head of Investor Relation PT Bekasi Fajar Industrial Estate (BEST) Asa Siahaan mengatakan, sejak tahun lalu BEST mulai masuk ke lini bisnis properti komersial setelah selama ini fokus pada bisnis pengelolaan lahan industri.
Setelah pemancangan tiang perdana pada pertengahan Juni 2015 lalu di kawasan industri MM2100, Cibitung, Bekasi, proyek ini ditargetkan rampung di kuartal ketiga tahun ini. Hotel bintang tiga ini dibangun di atas lahan 3.600 m2 dengan kapasitas 193 kamar.
“Selesainya konstruksinya sekitar kuartal ketiga tahun ini, kuartal keempat kita sudah bisa soft opening. Investasinya sekitar US$12 juta atau kira-kira Rp150 miliar,” katanya melalui sambungan telepon, Rabu (4/5/2016).
Asa mengatakan, binsis BEST saat ini mulai merambah ke sektor properti komersial sebagai strategi jangka panjang untuk meningkatkan daya saing. Proyek hotel dimulai sebagai yang pertama sebab menimbang prospek bisnis hotel yang diprediksi akan kian cerah di kawasan industri Bekasi.
Menurutnya, sejumlah apartemen servis yang ada di sekitar kawasan industri Bekasi saat ini okupansinya sudah penuh. Kebutuhan fasilitas akomodasi yang semakin tinggi untuk perjalanan bisnis di Bekasi membuka peluang bagi bisnis penyewaan kamar hotel, apalagi pasokannya masih cukup terbatas.
Hotel Enso dirancang dengan arsitektur Jepang sebab menyasar kalangan ekspatriat Jepang. Enso sendiri merujuk pada lukisan tangan minimalis khas Jepang berbetuk lingkaran yang dikreasikan saat pikiran membebaskan tubuh untuk berkreasi.
Secara jangka panjang, BEST menargetkan untuk membangun proyek komersial lainnya dan juga proyek residensial, meski belum secara terbuka mengumumkan proyek selanjutnya. Hal ini untuk mendukung nilai jual kawasan industri yang akan dikembangkan BEST selanjutnya.
“Kita lagi godok master plan untuk pengembangan selanjutnya. Spesialisasi kami sebenarnya di kawasan industri sehingga kami tidak punya tenaga ahli di komersial. Makanya, kami sedang mencari partner yang bisa diajak kerjasama untuk pengembangan komersial area,” katanya.
Asa mengatakan, proyek komersial pertama ini belum akan menyumbang pendapatan yang signifikan bagi perusahaan. Asa belum mengungkapkan tarif kamar per malam, meski sebelumnya BEST sempat mengabarkan tarif per kamar sebesar Rp700.000 per malam.
Dia mengimbuhkan, per tahun perseroan bisa mendulang pendapatan berkisar US$3 juta -- US$4 juta. Alhasil, dalam tiga tahun ke depan, porsi pendapatan dari pendapatan berulang atau recurring income juga bisa meningkat hingga 25%.
Sebelumnya, konsultan properti Colliers International Indonesia mengungkapkan, sejumlah perusahaan pengelola lahan industri di Bekasi saat ini mulai gencar merambah sektor komersial di tengah tekanan penjualan lahan industri.
Bersamaan dengan itu, rencana ekspansi land bank pun relatif tertahan sehingga menyebabkan kian terbataskan pasokan lahan industri di Bekasi. Saat ini, ekspansi proyek komersial dan resindesial justru lebih terlihat di Bekasi, seiring semakin baiknya infrastruktur dalam kota Bekasi serta dari dan menuju Jakarta.
_1680498868.jpg?w=348&h=261)
_1680498868.jpg?w=348&h=261)
