Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

CORE: Impor Migas Meningkat Pertanda Industri Menggeliat

BPS mengungkapkan peningkatan volume impor migas pada Maret 2016 terjadi pada minyak mentah yang naik 71,6% atau sekitar 915.100 ton, hasil minyak naik 1,58% atau setara 30.800 ton, dan gas meningkat 38,9% atau 119.500 ton.nn
Menteri Perindustrian Saleh Husin meninjau pembangunan pabrik pulp milik OKI Pulp and Paper Mills/Dinda Wulandari
Menteri Perindustrian Saleh Husin meninjau pembangunan pabrik pulp milik OKI Pulp and Paper Mills/Dinda Wulandari

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik dalam rilisnya akhir pekan lalu mengungkapkan peningkatan volume impor migas pada Maret 2016 terjadi pada minyak mentah yang naik 71,6% atau sekitar 915.100 ton, hasil minyak naik 1,58% atau setara 30.800 ton, dan gas meningkat 38,9% atau 119.500 ton.

Direktur Penelitian Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menuturkan peningkatkan permintaan migas di dalam negeri mengindikasikan naiknya konsumsi masyarakat baik dari sisi daya beli konsumen dan aktivitas industri yang mulai menggeliat. Peningkatan volume impor migas juga dalam rangka stocking atau persediaan jelang bulan Ramadhan.

Dia mencermati sepanjang Maret 2016 harga minyak dunia berada di kisaran US$36-US$42 per barel atau meningkat dibandingkan dengan angka pada Februari 2016 di level US$30-US$36 per barel.

"Dari kecenderungannya di Maret kemarin biasanya kalau sudah agak tinggi, 2 bulan berikutnya agak menurun volumenya tergantung kurs dan harga," ujarnya, Senin (18/4/2016).

Dia memperkirakan harga minyak dunia masih terkontraksi rendah pada level US$40 per barel.

Sebelumnya, Ekonom Institute for Development Economics and Finance (Indef) Dzulfian Syafrian mengatakan konsumsi masyarakat terhadap migas masih tinggi dan terus tumbuh. Hal ini akan mengancam neraca perdagangan ke arah defisit jika harga minyak mengalami kenaikan.

Selama Maret 2016, dia mencermati harga minyak dunia naik cukup tajam. "Jika tren kenaikan ini terus berlanjut, Indonesia lambat laun akan mengalami defisit kembali," katanya. ()


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Veronika Yasinta
Editor : Fatkhul Maskur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper