Bisnis.com, BEIJING - Hari ini, Rabu (13/4/2016) International Service for the Acquisition of Agri-Biotech Applications (ISAAA) merilis laporan tahunan tentang pengadopsian tanaman bioteknologi, yang bertajuk "20th Anniversary of the Global Commercialization of Biotech Crops (1996-2015) and Biotech Crop Highlights in 2015.
Laporan ini memaparkan peningkatan luas lahan tanaman bioteknologi di seluruh dunia dari 1,7 juta hektar pada 1996 menjadi 179,7 juta hektar pada 2015. Peningkatan hingga lebih dari 100 kali lipat dalam waktu 20 tahun ini menjadikan bioteknologi sebagai teknologi tanaman dengan tingkat penggunaan tertinggi di dunia.
Berikut beberapa poin penting lainnya dalam laporan tahunan ISAAA 2015.
Pertama, terdapat beberapa tanaman bioteknologi baru yang telah disahkan dan/atau dikomersialkan di beberapa negara seperti AS, Brasil, Argentina, Kanada, dan Myanmar.
AS mensahkan komersialisasi beberapa produk bioteknologi pertama.
- Kentang Innate™ Generation 1, yang memiliki tingkat akrilamida - zat penyebab kanker - lebih rendah, dan tahan terhadap memar. InnateTM Generation 2, disahkan pada 2015, memiliki ketahanan terhadap penyakit busuk daun. Patut dicatat kalau kentang adalah tanaman pangan paling penting ke-4 di dunia.
- Arctic® Apples, apel yang dagingnya tidak akan berubah menjadi kecoklatan saat sudah dikupas.
- Tanaman non-transgenik dengan genom yang direkayasa pertama di dunia yang dikomersialisasikan, SU Canola™, telah mulai ditanam di AS.
- Pengesahan produk pangan hewani termodifikasi secara gen pertama, GM salmon, untuk dikonsumsi oleh manusia.
Kedua, tanaman bioteknologi dengan beberapa karakteristik, yang sering disebut stacked traits, telah ditanam di lahan seluas 58,5 juta hektar, merepresentasikan 33% dari seluruh lahan bioteknologi dan peningkatan 14%.
Ketiga, Vietnam menanam tanaman Bt bioteknologi stacked-trait dan jagung yang toleran terhadap herbisida sebagai tanaman bioteknologi pertamanya.
Keempat, luas lahan jagung Biotech DroughtGard™, yang pertama ditanam di AS pada 2013, naik 15 kali lipat dari 50.000 hektar pada 2013 menjadi 810.000 hektar - hal ini merefleksikan akseptansi tinggi para petani terhadap tanaman ini.
Kelima, Sudan meningkatkan luas lahan katun Bt sebesar 30% menjadi 120.000 hektar, sebaliknya, masih ada beberapa faktor yang menghambat peningkatan luas lahan tanaman bioteknologi di Burkina Faso.
Keenam, delapan negara di Afrika telah mengujicobakan sejumlah tanaman khas Afrika yang pro terhadap petani miskin - satu langkah sebelum mendapatkan pengesahan.