Bisnis.com, JAKARTA–Pehimpunan Ekonomi Pertanian (Perhepi) mendorong penerapan bioteknologi dalam rencana peremajaan kebun sawit rakyat seluas 185.000 hektar.
Ketua Pehimpunan Ekonomi Pertanian (Perhepi) Bayu Krisnamurthi menilai penerapan bio teknologi akan sangat strategis dalam memastikan benih yang ditanam benar-benar yang berkualitas (quality assurance), sehingga produksi sawit rakyat bisa benar-benar meningkat seperti yang diharapkan.
“Ini sangat strategis untuk bisa memastikan benih yang ditanam itu merupakan benih yang benar-benar berkualitas,” kata Bayu yang juga merupakan pakar persawitan dari IPB, hari ini Senin (29/1/2017).
Bayu menuturkan salah satu masalah yang dihadapi perkebunan adalah benih yangmenghasilkan tanaman yang jauh di bawah potensi produksi optimal dan hal ini yang pernah terjadi dalam program peremajaan sebelumnya.
Hal ini, katanya bisa terjadi lantaran jauhnya pusat pengembangan bibit dengan kebun tempat penanaman sehingga ada kemungkinan bibit yang terkirim akan terkontaminasi selama proses distribusi.
Adapula kemungkinan ketika bibit ditanam menjadi kecambah, tidak semuanya bisa bertumbuh dengan baik sehingga diperlukan penyisipan.
Belum lagi risiko lain seperti kejadian pencurian bibit atau kecambah oleh pihak tertentu, yang juga memerlukan bibit pengganti. Maka, untuk memastikan program replanting berhasil, bibit-bibit penyisip ini juga perlu diperhatikan kualitasnya sehingga hasil panen petani rakyat bisa lebih memuaskan.
"Kita tidak boleh mengulang lagi kesalahan itu dan menurut saya harus dijamin dengan sebuah teknologi," tegasnya.
Bayu mencontohkan, pada perusahaan-perusahaan swasta, pusat pengembangan benih berjarak tidak terlalu jauh dari kebunnya sehingga pasokan benih bisa lebih terjamin.
Namun, pada program peremajaan perkebunan rakyat, benih yang dikembangkan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) yang berlokasi di Medan, Sumatera Utara akan disebar ke seluruh wilayah di Indonesia yang menjadi lokasi perkebunan sawit rakyat yang jaraknya tentu tidak dekat.