Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Strategi Pertanian Padi-Jagung Hadapi Perubahan Iklim

Tantangan perubahan iklim dan kerawanan pangan menjadi momok bagi sektor pertanian, khususnya padi dan jagung.
PT Botani Seed Indonesia, perusahaan  milik IPB University, mengembangkan padi cerdas iklim.
PT Botani Seed Indonesia, perusahaan  milik IPB University, mengembangkan padi cerdas iklim.

Bisnis.com, JAKARTA - Tantangan perubahan iklim dan kerawanan pangan menjadi momok bagi sektor pertanian, khususnya padi dan jagung. Gangguan terhadap kedua sektor tersebut akan menimbulkan guncangan di masyarakat dan ancaman terhadap target pembangunan nasional.

Pertanian cerdas iklim menjadi solusi dalam mengembangkan pertanian yang mampu beradaptasi dengan perubahan iklim. Dalam hal ini, agrobisnis berperan penting untuk menggenjot inovasi pertanian yang mampu mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sekaligus meningkatkan ketahanan petani terhadap perubahan iklim.

Keterlibatan agrobisnis dalam pertanian cerdas iklim secara konstruktif juga dapat mendukung pemerintah memenuhi target nasional pengurangan emisi karbon.

Salah satu bentuk dari pertanian cerdas iklim adalah benih padi cerdas iklim yang dikembangkan PT Botani Seed Indonesia, perusahaan  milik IPB University.

Direktur PT Botani Seed Indonesia Dadang Syamsul Munir mengatakan pengembangan benih padi cerdas iklim dapat mengurangi kebutuhan pupuk dan air sehingga dapat mengurangi biaya perawatan padi.

“Benih cerdas iklim memiliki produktivitas tinggi namun low cost. Hal ini karena penggunaan pupuk lebih sedikit dan pemanfaatan air lebih efisien. Keunggulan-keunggulan tersebut menjadikan benih inovasi kami lebih adaptif terhadap perubahan iklim karena mampu mengurangi produksi emisi GRK,” kata Dadang, dalam siaran pers, Rabu (19/6/2024).

Dadang menambahkan, benih cerdas iklim juga adaptif terhadap iklim kering. Pada tahun lalu, penjualan dari benih cerdas iklim mencapai 300 ton.

Bentuk pertanian cerdas iklim juga dilakukan PT Agrotama Tunas Sentosa, melalui pengembangan produk pupuk berbasis  mineral organik yang ramah lingkungan dan dapat mengurangi produksi gas metana. PT ATS menjualnya dengan merek GPS (Gypsum – Polyhalite – Silica).

Direktur PT Agrotama Tunas Sarana Eddyko menjelaskan, pupuk ramah lingkungan ini berasal dari cangkang kerang-kerangan dan sedimen diatom yang ditambang tanpa proses kimiawi sehingga lebih aman bagi tanaman dan lingkungan.

“Pupuk ini mengandung unsur hara makro sekunder yang dapat membantu meningkatkan kesehatan dan hasil tanaman serta memperbaiki dan menjaga kesuburan tanah. Penggunaan pupuk ini juga mampu menetralkan keasaman tanah sehingga menghambat pertumbuhan bakteri metanogenik yang menghasilkan gas methana,” jelas Eddyko.

Eddyko menambahkan, PT Agrotama Tunas Sarana berkolaborasi dengan petani kunci bawang merah dan Dinas Pertanian Sumatera Utara dalam mendorong adopsi penggunaan pupuk komersil berbasis mineral-organik yang bisa meningkatkan hasil panen dan juga memperbaiki kondisi tanah dan menekan pencemaran lingkungan.

Perwakilan dari PRISMA Medhat Kemal menambahkan, PRISMA bekerja sama dengan produsen benih jagung di NTT dalam mengembangkan ketersediaan benih jagung adaptif iklim kering di pasar komersial. Salah satunya adalah benih jagung varietas Lamuru dan Jakarin yang merupakan hasil  penelitian dari Balai Pengujian Standar Instrumen Tamaman Serealia Maros. 

“Banyak petani sudah merasakan keunggulan benih ini namum sulit untuk mendapatkan akses ini karena selama ini mereka mendapatkan itu dari pemerintah secara subsidi. Karena itu, kami bekerja bersama produsen benih lokal yang berada di Beu, Manggarai Timur, dan Sika untuk mempermudah para petani mendapatkan varietas Lamuru dan Jakarin di pasaran,” kata Medhat.

Menurut dia, kedua varietas tersebut sesuai untuk kondisi NTT dengan lahan dan iklim kering, dengan angka rata-rata produktivitas mencapai  7 ton per hektare.

PRISMA, program kemitraan antara Pemerintah Indonesia melalui Kementerian PPN/Bappenas dan Pemerintah Australia melalui Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) untuk pertumbuhan pasar pertanian nasional telah menjalin 273 kemitraan publik dan swasta dan memberi dampak positif peningkatan pendapatan bagi lebih dari 1,5 juta rumah tangga petani kecil di Indonesia. 

Sebagian besar kemitraan yang dilakukan PRISMA memiliki elemen pertanian cerdas iklim yang ditandai dengan adanya peningkatan produktivitas dan meningkatnya resiliensi petani terhadap perubahan iklim.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper