Bisnis.com, SINGAPURA - Melorotnya pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun lalu ternyata tak menyurutkan daya beli masyarakatnya. Khusus di sektor properti, pembeli akhir atau end user tak tanggung-tanggung membelanjakan uang senilai miliaran rupiah pada unit residensial premium di luar negeri, salah satunya Singapura.
Hal ini bukan semata-semata bahwa Indonesia kekurangan proyek mewah, tidak. Kalau ditelisik, PT Ciputra Property Tbk menjual proyeknya bertajuk Raffles Residence senilai Rp70,2 juta per meter persegi. Menara apartemen di bilangan Jalan Satrio, Jakarta Selatan ini memiliki luasan 470 m2, sehingga harga satu unitnya mencapai Rp33 miliar.
Pun dengan PT Agung Sedayu juga memasarkan proyeknya The Langham Residence di SCBD pada kisaran Rp80 juta-Rp100juta per meter persegi.
Lantas, mengapa warga Indonesia mash berburu proyek mewah di Singapura kalau di Jakarta sebenarnya telah tersedia?
Data yang dihimpun Bisnis yang diungkap Jumat (8/4/2016), menyebutkan pembeli hunian di Singapura merupakan kaum borjuis Indonesia yang memiliki core bisnis di Negeri Merlion. Tak lupa, para orangtua yang menyekolahkan anaknya di Singapura juga merupakan pembeli aktif.
Sebut saja, pelaku usaha yang bekerja di perusahaan multinasional yang berkedudukan di Singapura, pasti memiliki satu unit apartemen di kawasan terdekat dengan tempat kerja.
Tak ayal, Indonesia masih menjadi ceruk pasar yang empuk bagi pengembang Singapura untuk memasarkan proyek mereka.
Hal ini juga didukung dengan daya beli masyarakat Indonesia yang tumbuh seiring dengan meningkatnya aset kekayaan. Riset dari Konsultan Properti Knight Frank pada tahun lalu menyebutkan jumlah orang super kaya di Indonesia mencapai 866 orang. Adapun sebanyak 650 orang masuk kategori ultra high net worth individuals (UHNWI) dengan aset kekayaan lebih dari US$30 juta.
Sementara itu, populasi yang masuk kategori centa-millionaires atau individu dengan kekayaan US$100 juta atau lebih, tembus 192 orang. Adapun populasi miliarder atau kalangan dengan kekayaan US$1 miliar berjumlah 24 orang. “Jumlah tersebut diprediksi akan terakselerasi sebesar 138,9% pada tahun 2024.,” ungkap riset tersebut.
Head of Research Knight Frank for Asia Pacific Nicholas Holt mengatakan beberapa dari orang kaya tersebut membeli properti di luar negeri. Pasanya, Indonesia membebankan pajak pejualan properti mewah hingga 45%. Adapun rinciannya adalah PPN 10%, PPh 5%, PPnBM 20%, Pajak Sangat mewah 5% dan BPHTB sebesar 5%.
“Padahal di Malaysia, Singapura, Australia dan Ingris tidak membebankan pajak PPn dan PPnBM. Ketiga negara itu hanya memberlakukan pajak BPHTB sebesar 0-5% saja. Kecuali Singapura yang BPHTB nya 15%,” lanjutnya.
Cairnhill Nine Singapore
Peluang tersebut ternyata ditangkap oleh salah satu pengembang raksasa asal Negeri Singa yaitu CapitaLand. Lini usaha yang 40,7% nya dimilili oleh BUMN Singapura, Temasek Holding ini baru saja melansir proyek teranyarnya Cairnhill Nine di kawasan terpadu Orchard.
President & Group CEO CapitaLand Limited Lim Ming Yan mengatakan pihaknya memangsa pembeli dari luar Singapura melalui Cairnhill Nine.
Adapun proyek yang berlokasi di Cairnhill Road ini terdiri dari dua menara. Menara pertama merupakan residensial strata title atau hak milik selama 99 tahun. Menara dengan ketinggian 30 lantai ini menampung 268 unit. Sedangkan menara kedua adalah apartemen servis bertajuk Ascott Orchard Singapura setinggi 20 lantai yang menaungi 220 unit.
Proyek yang diprediksi beroperasi pada 2016 ini telah terjual 70% atau sekitar 134 unit sejak diluncurkan pada 13 Maret 2016. Komposisi pembeli terdiri dari 50% warga Singapura dan 50% pembeli luar negeri.
“Dari 50% pembeli luar negeri, sebanyak 25% adalah orang Indonesia. Sisanya dari Malaysia dan China,” katanya di Singapura belum lama ini.
Harga residensial Cairnhill Nine dipatok Sin$ 1,35 juta atau setara Rp13 miliar per unit (1 Sin$=Rp9.700) untuk tipe 1 kamar tidur. Pada sisi lain, harga termahal pada penthouse dibanderol Sin$6,67 juta atau setara Rp64,6 miliar per unit.
Tim Komunikasi Carnhill Nine menyebut bahwa beberapa warga Indonesia juga merupakan pembeli dari unit penthouse. Adapun jumlah penthouse dibatasi hanya sekitar 8 unit saja.
Untuk menarik minat masyarakat Indonesia, tim marketing Cairnhill Nine akan menggelar roadshow di tiga kota di Indonesia. Pemasaran akan dilakukan di Jakarta, Surabaya dan Solo.
Lim Ming Yan optimistis proyek besutannya akan diminati lantaran letaknya yang strategis. Cairnhill Nine dapat ditempuh dengan jalan kaki dari Somerset MRT Station.
Cairnhill Nine juga dikelilingi oleh perkantoran grade A, pusat perbelanjaan di kawasan Orchard, rumah sakit dan sekolah Anglo-Chinese.
Pemerintah Indonesia Harus Tiru Singapura
Diminatinya proyek besutan pengembang Singapura lantaran ada rasa aman atas produk yang dibeli. Pemerhati Properti Panangian Simanungkalit mengatakan konsep pengembangan Singapura yaitu turut melindungi konsumen properti secara hukum.
Pemerintah Singapura memberlakukan sistem bank guarantee. Apabila konsumen membayar pada pengembang, kemudian developer tidak membangun properti sesuai klausul, uangnya akan dikembalikan. “Makanya tidak ada yang pernah kecewa dengan pengembang di Singapura,”ujarnya.
Saat ini pemerintah Indonesia belum bisa menindak pengembang yang nakal karena belum ada hukum yang mengaturnya. Hukum di negeri ini masih belum pro konsumen. Seharusnya ada semacam pengamanan dari pemerintah agar uang konsumen tidak digunakan secara sembarangan oleh pengembang.
Atau paling tidak, tambah dia, pemerintah dapat mengontrol apabila pengembang terhambat dalam membangun, konsumen mendapatkan uang jaminan atau ganti rugi.