Bisnis.com, JAKARTA - BUMN konstruksi asal China, PT China Communication Construction Indonesia mengusulkan proyek-proyek infrastruktur diperbolehkan melantai di bursa sebagai alternatif pendanaan.
Presiden Komisaris China Communication Construction Indonesia John Arynanda menyatakan skema ini akan menarik minat perusahaan asing yang tidak mungkin melakukan IPO di Indonesia.
Dia meyakini bila pemerintah menerbitkan regulasi yang memungkinkan terjadinya skema ini, akan ada banyak dana yang masuk ke pasar modal tanah air.
"Perusahaan seperti kami tidak mungkin IPO di Indonesia. Kami sudah IPO di Hongkong dan Shanghai, tetapi kalau project yang bisa di-IPO-kan, akan menjadi lebih atraktif bagi kami," ujarnya usai diskusi bertema Pembiayaan Proyek Infrastruktur Melalui Pasar Modal, Selasa (5/4/2016).
Menurutnya, skema itu hanya dapat dijalankan bagi proyek-proyek infrastruktur yang telah beroperasi dan terbukti memilikiInternal Rate of Return (IRR) yang baik, seperti pembangkit listrik atau jalan tol.
Sementara proyek yang masih dalam tahap konstruksi tidak dapat menempuh skema ini karena belum bisa membuktikan penghasilan atau laba dari proyek tersebut.
"Idealnya [proyek] yangincomenya bisa distabilisasikan menjadi fixed income. Misalnya proyek jalan tol Jagorawi atau PLTA Jatiluhur. Dana hasil IPO proyek bisa digunakan untuk proyek serupa," tambahnya.
Dia menyatakan, skema ini mirip dengan Dana Investasi Real Estate Kontrak Investasi Kolektif (DIRE KIK) di sektor properti. Skema serupa juga telah dikenal lebih dulu di Singapura dengan namaBusiness Trust.
Menurutnya, hingga kini Singapura sudah memiliki beberapaBusiness Trust di berbagai bidang dalam proyek infrastruktur, mulai dari proyek pelabuhan peti kemas, pengolahan limbah, hingga logistik dan infrastruktur petrokimia.