Bisnis.com, JAKARTA – Indeks manufaktur Indonesia melampaui level 50,0 untuk pertama kalinya sejak bulan September 2014 seiring dengan kenaikan tingkat produksi.
Nikkei Indonesia Manufacturing PMI, yang mengukur gambaran kinerja industri manufaktur, naik ke level 50,6 pada Maret dari posisi 48,7 di bulan Februari.
Kenaikan tingkat produksi, yang berkaitan dengan ekspansi permintaan baru, pertama kali dilaporkan sejak bulan September 2014. Akan tetapi, laju pertumbuhan secara keseluruhan tergolong sedang.
Kenaikan permintaan baru di bulan Maret terdorong oleh pasar domestik, karena ekspor yang menurun. Terlebih lagi, jumlah bisnis baru dari luar negeri menurun sejak bulan Oktober 2014.
Jumlah bisnis yang tak terselesaikan di sektor produksi juga kembali turun di bulan maret. Dengan penurunan ini, perusahaan manufaktur cenderung tidak menambah tenaga kerja mereka.
Perusahaan manufaktur di Indonesia mengalami peningkatan aktivitas pembelian dalam 14 bulan terakhir pada bulan Maret. Kenaikan tingkat pembelian terlihat pada kenaikan pada inventaris praproduksi.
Sementara itu, jumlah stok barang jadi mengalami peningkatan selama dua bulan berturut-turut di bulan Maret, dengan laju peningkatan mengalami percepatan sejak bulan November tahun lalu.
Ekonom dari Markit, Pollyanna De Lima mengatakan output manufaktur Indonesia bangkit perlahan dari posisi rendah berkepanjangan di bulan Maret.
“Produksi didorong oleh permintaan domestic yang melebihi pengimbang penurunan lain di bidang bisnis ekspor. Stabilisasi pada jumlah tenaga kerja juga memberikan berita positif,” katanya dalam rilis yang diterima Bisnis, Jumat (1/4/2016).