Bisnis.com, JAKARTA - PT Excelso Multirasa, pemegang merek kedai kopi Excelso, tengah mempersiapkan rencana ekspansi ke pasar Asia Tenggara pada tahun depan, dengan sistem waralaba.
Direktur Excelso Multirasa Kevin Mergonoto mengatakan ekspansi tersebut merupakan langkah perusahaan melebarkan sayap bisnis Excelso sampai kancah luar negeri. Pihaknya mengaku saat ini perusahaan masih mempelajari seluruh proses legalisasinya, mulai dari syarat izin usaha hingga mencari mitra lokal.
"Masih kami pelajari semua proses persyaratannya, paling cepat antara tahun depan atau paling lama dua tahun lagi kami mulai buka gerai baru. Negara yang akan kami bidik pun masih dipelajari, yang pasti di pasar Asean dulu," ujarnya kepada Bisnis.com, Minggu (28/3).
Menurutnya, dengan memakai konsep waralaba dan menggandeng mitra lokal akan lebih menguntungkan bagi perusahaan. Pasalnya, mitra lokal lebih paham dengan kondisi pasar di sana. Kendati dari segi keuntungan tidak memberikan pemasukan yang banyak bagi perusahaan.
Sebelumnya, lanjut Kevin, sudah ada beberapa mitra lokal dari Arab Saudi, Malaysia, dan Hong Kong yang sudah mengajak perusahaan untuk membuka gerainya di negara tersebut. Namun akhirnya, harus diurungkan. Pasalnya, perusahaan perlu perencanaan yang matang, terlebih merek Excelso dinilai belum begitu memiliki panggung di Indonesia.
"Saat mereka [Arab Saudi, Malaysia, dan Hong Kong] menawarkan pembukaan gerai di sana, kami masih melakukan riset. Banyak tahapan yang perlu kami siapkan, belum lagi harus test marketnya."
Sembari menunggu rencana itu terwujudkan, pada tahun ini perusahaan giat terus membuka gerai baru untuk memperlebar penetrasi pasar Excelso sebanyak 14 unit. Dengan lokasi yang siap dibidik Excelso antara lain Jambi, Yogyakarta, Banjarmasin, dan Sulawesi.
Terhitung saat ini, Excelso sudah memiliki 123 gerai di 35 kota seluruh Indonesia. Bila target pembukaan gerai terpenuhi, dengan demikian total gerai yang dimiliki perusahaan akan mencapai 157 gerai.
Adapun dana investasi yang disiapkan untuk membuka gerai mencapai Rp1 miliar-Rp2 miliar. Secara kalkulasi, dana yang dibutuhkan sekitar Rp14 miliar-Rp28 miliar.
"Dana pembukaan gerai kisarannya mencapai Rp1 miliar-Rp2 miliar. Tergantung pemilihan lokasinya, saat ini kami cenderung lebih memilih lokasi stand alone ketimbang buka di pusat perbelanjaan."
Alasan tersebut disebabkan harga sewa di mal makin lama makin naik, sementara itu luas yang dikehendaki menjadi terbatas. Secara perhitungan bisnisnya, sambungnya, akan lebih menguntungkan apabila membuka gerai secara stand alone karena dapat menampung konsumen lebih banyak lagi.
Harapannya, dengan membuka 14 gerai pada tahun ini dapat mendorong perolehan pendapatan perusahaan tumbuh hingga 15% dari realisasi tahun lalu. Menurutnya, bisnis perusahaan pada tahun lalu sempat tergerus akibat terkena pengaruh perlambatan ekonomi, dimana hanya tumbuh 12%.
"Kondisi kemarin agak lesu, pertumbuhannya hanya sekitar 12%. Tahun ini kami harapkan bisa tumbuh 15, lebih baik lagi."