Bisnis.com, JAKARTA - Industri mold and dies terkendala dengan kurangnya sumber daya manusia yang kurang secara kuantitas dan kualitas.
Kurangnya kemampuan manajemen dan penguasaan teknologi oleh tenaga kerja di industri mold and dies menghambat pertumbuhan industri itu. Padahal, industri mold and dies yang berbasis pencetakan mesin merupakan tulang punggung industri yang mendukung sektor hilirnya seperti peralatan, material dan komponen mesin.
"Kami ingin membangun sumber daya manusia (SDM) dulu, bukan industrinya dulu. Kalau fasilitas, mesin, material bagus, tapi manusianya tidak bisa menggunakan mesin tidak bisa," kata Sekretaris Jenderal Indonesia Mold & Dies Industry Association (Imdia) Itsuo Tanigawa, Selasa (1/3/2016).
Kemampuan tenaga kerja yang berkualitas dibutuhkan untuk menciptakan efisiensi kualitas, kecepatan pengiriman, dan harga mengingat industri itu membutuhkan teknologi tinggi.
Imdia tengah mengembangkan SDM dengan pelaksanaan program pendidikan manajemen, teknik, dan ketrampilan dari tingkat dasar dan menerapkan uji sertifikasi.
"Ini semua ada prosesnya. Pertama dari dasar dengan mempelajari peralatan dan prose machining, kedua mampu mengaplikasikan alat ukur dan peralatan, ketiga peningkatan kemampuan masing-masing terhadap masalah dari produk yang diciptakan. Kalau tidak punya skill dasar tidak bisa kontrol," katanya.
Dia mengatakan sudah ada sekitar 2.500 orang Indonesia yang telah mendapatkan sertifikasi nasional yang diuji oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
"Untuk mencapai target lokalisasi mold and dies sebesar 60% pada 2015 dibutuhkan 2.500 orang yang tersertifikasi dan 500 instruktur, tetapi kami masih terkendala untuk kelulusan instrukturnya," katanya.
Dia menargetkan rasio pengerjaan industri mold and dies akan mencapai 70% pada 2020 dengan mendorong industri dalam negeri mulai dari big mold and die, high precision mold and die, dan high technology mold and die. Target ekspor dia harpakan bisa terangkat menjadi 10%.
Selain tenaga kerja, dia juga mengatakan daya saing industri itu masih rendah karena pajak impor barang jadinya saat ini 0%, tapi pajak impor bahan baku sebesar 5%. Maka ia mengharapkan insentif pendukung agar bisa harmonis.