Bisnis.com, DENPASAR - Asosiasi Peternak Sapi atau Apsa Bali mengusulkan suku bunga kredit usaha pembibitan sapi diturunkan dari saat ini 5% menjadi 3% agar meringankan beban peternak.
Ketua Asosiasi Peternak Sapi Bali Ketut Mupu menyakini, jika suku bunga diturunkan, peternak di Bali dapat mengembalikan kejayaan populasi sapi Bali.
"Meskipun sekarang jangka waktunya diperlonggar, setelah 2 tahun hanya bayar anguran pokok. Hanya saja di hulu itu sulit, karena biaya produksi cukup tinggi dan berat bagi peternak," jelasnya kepada Bisnis, Rabu (24/2/2016).
Mupu mengatakan, kendala peternak sapi di Bali untuk meningkatkan populasi saat ini terkait masalah biaya tinggi untuk pembibitan. Sementara, untuk menghasilkan satu ekor sapi siap jual, waktu pemeliharan yang dibutuhkan minimal 1,5 tahun.
Dengan jangka waktu selama itu, peternak harus mengeluarkan banyak biaya untuk pemeliharaan dan penggemukan. Menggunakan dana kredit usaha pembibitan sapi (KUPS), masih dirasakan berat bagi peternak.
"Kalau bunga, memang peternak perlu perhatian dan dukungan dari pemerintah utamanya bunga bisa rendah seperti luar negeri," jelasnya.
Mupu mencontohkan, di Thailand suku bunga untuk pertanian umum hanya 1%, sehingga produk dari negara itu dapat bersaing di global. Pemerintah agar mencontoh yang diterapkan oleh Thailand, serta mendapatkan manfaat jangka panjang melalui produksi dan pajak.
Kadis Peternakan Bali Nyoman Sumantra menjelaskan hingga saat ini jumlah populasi sapi Bali mencapai 538.000 ekor. Pihaknya berupaya menjaga agar populasi sapi Bali berada di kisaran 600.000 ekor untuk mempertahankan kelangsungannya.
Sumantra menyatakan, jumlah populasi perlu dijaga agar jumlahnya tidak menyusut seperti ketika 2013 silam sempat menyentuh 470.000 ekor. Penyebab penurunan, akibat banyak yang dijual ke luar daerah terutama jenis betina.