Bisnis.com, JAKARTA - Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia sejalan dengan ekspetasi sejumlah ekonom yang berharap BI rate dipangkas 25 bps.
Bank Indonesia sejak awal tahun secara berturut-turut memangkas suku bunga acuannya yang sekarang berada pada level 7%.
Tak hanya rate, giro wajib minimum primer juga diturunkan 1% menjadi 6,5% mulai efektif 16 Maret 2016. Dengan dua kali penurunan suku bunga acuan, BI memperkirakan pertumbuhan kredit meningkat menjadi 14%.
Ekonom PT Bank Mandiri Tbk Andry Asmoro mengatakan inflasi ke depan juga akan terkendali, terlebih adanya proyeksi penurunan harga bahan bakar minyak premium pada bulan depan.
Terkait dengan penurunan GWM, dia mencermati permintaan kredit bakal tinggi seturut dengan tren bunga yang turun. Tapi, bank masih berhitung untk meningkatkan kreditnya. Hal itu dilakukan untuk menjaga keseimbangan pertumbuhan kredit dengan upaya memitigasi risiko non-performing loan.
“Permintaan kredit kita lihat dari sisi supply dan demand. Bank juga harus berhitung dengan kondisi NPL saat ini, apakah memang sudah dalam tren yang menurun atau tidak,” ujarnya di Jakarta pada Kamis (18/2/2016).
Ekonom LBP Enterprises Lucky Bayu Purnomo mengatakan tak hanya inflasi yang terkendali, penurunan rate akan memperkuat nilai rupiah terhadap dolar AS sesuai dengan target antara Rp13.200-Rp13.300.
Dia berharap rupiah akan semakin mendekati nilai fundamentalnya pada level Rp13.050 sesuai dengan keekonomian dan rasio pasar.
“Inflasi akan terkendali, suku bunga rendah berarti kemampuan masyarakat di Indonesia cenderung bergairah karena dampaknya suku bunga bank komersial akan menurun, kemudian kegiatan usaha akan naik,” katanya.