Bisnis.com, JAKARTA – Utusan Khusus Presiden Bidang Perubahan Iklim Rachmat Witoelar meminta pelaku usaha dapat menjawab lima tantangan terkait relasi antara industri sawit dan perubahan iklim.
“Sebab banyak tuduhan di luar sana terhadap industri sawit Indonesia,” katanya dalam acara diskusi pakar Strategi Mitigasi dan Adaptasi Industri Kelapa Sawit Berkelanjutan Menghadapi Perubahan Iklim di Jakarta, Kamis (4/2/2016).
Harapan itu dia sampaikan khusus kepada peserta International Conference on Oil Palm and Environment (ICOPE) di Nusa Dua, Bali, pada 16-18 Maret 2016.
Even tersebut dihelat oleh PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMART), WWF Indonesia, dan lembaga riset asal Prancis, CIRAD.
Pesan pertama, menjawab secara substansial bahwa industri kelapa sawit tidak memberikan emisi berlebih.
Kedua, menyusun langkah-langkah agar mengurangi ekstensifikasi hutan dan lahan. Ketiga, mengaitkan peran industri sebagai tulang punggung perekonomian.
Keempat, membeberkan sumbangan pelaku usaha terhadap kawasan sekitar. Kelima, memberikan argumentasi jikalau pohon sawit juga bisa menjadi penyerap karbon.
Kepala Divisi Keberlanjutan SMART Haskarlianus Pasang mengatakan ICOPE akan mengundang seluruh pemangku kepentingan dalam industri sawit. Dia mengklaim sebanyak 400 orang dari 20 negara yang mewakili dunia usaha, konsumen, lembaga penelitian, perguruan tinggi, pemerintah, dan lembaga swadaya akan hadir.
“Belum ada yang sempurna dalam menjalankan prinsip-prinsip keberlanjutan sehingga siapa yang sukses bisa saling membagikan pengalaman mereka. Kami (SMART) juga tidak akan menikmati sendiri hasil penelitian kami,” ujarnya.
Ketua Panitia ICOPE 2016 Jean-Pierre Caliman mengatakan ICOPE telah digelar sebanyak empat kali yakni pada 2007, 2010, 2012, dan 2014. Dia mengatakan isu-isu intensifikasi lahan telah mengemuka pada penyelenggaraan ICOPE yang ke-4, dua tahun lalu.
“Peran industri sawit akan semakin penting setelah COP21. Apalagi sektor pertanian, termasuk kelapa sawit di dalamnya, menjadi penyumbang 25% emisi karbon,” tutur Kepala Divisi SMART Research Institut ini.
Beberapa hal yang akan menjadi diskusi utama a.l. bagaimana mengembangkan industri kepala sawit dengan pendekatan high stock carbon; teknik mengurangi emisi dengan manajemen pupuk; penggunaan pembangkit listrik dari air limbah; dan pemakaian bibit yang tahan terhadap potensi perubahan iklim.