Bisnis.com, JAKARTA - Indeks manufaktur Indonesia menyentuh level tertinggi 15 bulan seiring dengan tertahannya laju PHK oleh pabrik-pabrik di Tanah Air.
Nikkei Indonesia Manufacturing PMI, indeks manufaktur yang diterbitkan oleh Markit, berada di level 48,9 pada Januari titik paling tinggi sejak November 2014.
Indeks yang mengukur kinerja industri manufaktur tersebut membaik dari level 47,8 pada Desember, tetapi masih berada di bawah level 50 yang menandakan penurunan aktivitas.
Harga bahan baku mencatatkan kenaikan paling tajam dalam 4,5 tahun terakhir, terdorong oleh tekanan inflasi yang berasal dari penerapan tarif barang impor dan pergerakan kurs rupiah.
Namun, kenaikan harga barang hasil produksi yang berada di laju terndah 17 bulan menandakan kenaikan biaya produksi tidak dilimpahkan ke konsumen.
Perkembangan paling positif dari survei industri manufaktur Tanah Air pada awal 2016 adalah kondisi ketenagakerjaan. Pabrik-pabrik di Nusantara tersurvei berhenti melaksanakan PHK setelah 17 bulan berturut-turut mengurangi jumlah tenaga kerja..
“Laju kontraksi adalah yang paling lambat dalam 15 bulan. Pelaku industri manufaktur masih hati-hati dalam mengelola inventaris mereka, menurunkan volume pembelian bahan baku,” kata Samuel Agass, ekonom dari Markit.
Nikkei Indonesia Manufacturing PMI
Bulan | Indeks PMI |
Januari (2016) | 48,49 |
Desember | 47,8 |
November | 46,9 |
Oktober | 47,8 |
September | 47,4 |
Sumber: Markit Economic